.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Jumat, 28 September 2012

Ini Alasan Remaja Mudah Emosi & Terlibat Tawuran

SEPERTINYA pergaulan anak zaman sekarang makin tidak dapat dikendalikan. Emosi yang mudah terpancing menguasai diri mereka hingga dapat menimbulkan efek yang negatif. Salah satunya tawuran yang terjadi belakang ini. Mereka melakukannya tanpa ada alasan yang kuat. Lalu, apa penyebab remaja melakukan hal tersebut?

Menanggapi hal tersebut, Psikolog dan Dosen Muda Universitas Padjadjaran Bandung Fredrick Dermawan Purba mengatakan, ada banyak alasan hal itu dilakukan oleh para remaja. Hal itu karena mereka memasuki tahap peralihan dari anak ke masa dewasa, sehingga semua itu dapat berubah-ubah. Mulai dari perubahan fisik, biologis hormonal, perubahan kognitif, emosional, juga perubahan bagaimana relasinya di lingkungan sosial.

"Di satu sisi, tekanan dari lingkungan luar, seperti sekolah, teman, dan masyarakat itu sendiri yang mengambang di tengah-tengah diri mereka," tutur pria yang akrab disapa Bang Jeki ini saat dihubungi Okezone melalui BlackBerry Messenger, Kamis (27/9/2012).

Menurutnya, terlibat dalam tawuran itu dapat terjadi karena beberapa faktor. Yang pertama adalah faktor mengenai kematangan otak. Di bagian otak ada yang disebut amygdala, di mana merupakan bagian otak yang terlibat atau merupakan pusat dari proses informasi terkait dengan emosi. Jadi, ketika para remaja terstimulasi oleh emosi, amygdala yang bereaksi mengontrol diri mereka.

"Nah, selain amygdala, ada bagian otak di depan yang letaknya tepat di dahi kita, disebut prefontal korteks. Otak inilah yang tingkat kemampuan berpikirnya tinggi," tambahnya.

Lalu, apa hubungannya itu semua dengan perihal tawuran? Pria berkacamata dan ramah ini menuturkan bahwa amygdala itu matang terlebih dahulu dibandingkan pre-frontal cortex, yang artinya saat masuk dalam masa remaja secara biologis, pikiran mereka lebih mudah terstimulasi. Itulah alasannya jika terjadi sesuatu mereka langsung cepat bereaksi dan bertindak tanpa berpikir panjang. Hal ini karena pre-frontal cortex mereka yang belum matang.

"Itu salah satu penyebab remaja rentan melakukan tindakan-tindakan berisiko. Karena emosional mereka yang ditantang oleh lingkungan sekitarnya, hal itu yang membuat mereka bertindak tanpa memikirkan akibat dari tindakan mereka nantinya," tutupnya. (ina)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2012/09/27/196/696051/ini-alasan-remaja-mudah-emosi-terlibat-tawuran

Selasa, 25 September 2012

Jika Anak Terlibat Konflik

Anak-anak sering berulah dengan alasan dasar yang kurang rasional. Terkadang, masalah kecil pun berubah menjadi pertempuran besar hingga membuat emosi orang tua memuncak. Berikut beberapa alasan pertempuran antar saudara kandung dan cara mengatasinya.
PENYEBAB
Perhatian .
Anak-anak selalu bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua. Para orangtua yang selalu sibuk, memicu tuntutan yang kian tinggi akan pemenuhan kebutuhan perhatian.
Seperti ketika orang tua memiliki bayi, banyak hal berubah akibat kedatangan anggota keluarga baru. Perubahan ini sulit diterima anak-anak dimana dirinya adalah pusat perhatian sebelumnya.
Begitu pula ketika fokus orang tua berpindah pada anak lain yang sakit atau berkebutuhan khusus. Apapun alasannya, anak-anak tak suka diabaikan. Mereka dapat bertindak diluar aturan dan berbuat nakal demi mendapatkan perhatian yang mereka inginkan.
Perhatian tersendiri
Anak-anak kerap membenci satu dengan lainnya karena merasa tidak mendapat cukup perhatian Anda. Apalagi jika Anda tak mampu mengalokasikan waktu khusus bagi mereka masing-masing.
Dan peluang pertengakaran kian terbuka lebar ketika anak mengetahui Anda pergi dengan saudaranya ke bioskop berdua saja. Jangan sepelekan, 10 hingga 15 menit perhatian yang Anda berikan pada yang lain, ini sama artinya Anda mengistimewakan anak yang lain.
Harus  Berbagi
Keluarga tak selalu memiliki kemampuan ekonomi dan sumber daya yang berlimpah. Mau tak mau, anak-anak harus belajar berbagi harta benda. Beberapa mainan atau barang favorit membuat anak bersikap keras terhadap yang lain.
Kepribadian unik
Anak sulung Anda mungkin adalah anak yang keras kepala, sedangkan si bungsu lebih tenang dan tertutup. Perbedaan temperamen juga berpeluang menyebabkan bentrokan. Begitu pula perbedaan gender.
Isu Keadilan
Anak-anak ibaratnya pengacara-pengacara kecil. Mereka selalu menuntut keadilan, kesetaraan dan berjuang atas keadilan menurut mereka.
Seorang adik dapat saja tidak terima dan melempar tantrum pada orang tua karena kakaknya mendapatkan sebuah hadiah. Seorang kakak bisa saja tidak terima harus mengalah dan selalu mengasuh adiknya. Merasa diperlakukan tak adil dan kecemburuan saudara dapat menyebabkan kebencian antar saudara.
MENANGANI
Apa yang harus Anda lakukan ketika anak-anak bertengkar? Bahkan teriakannya membuat Anda gila. Asalkan tak ada anak-anak yang terluka, jangan mencoba untuk berada di tengah argumen. Cobalah untuk membiarkan anak-anak Anda menyelesaikan masalah mereka sendiri. Turut campur tidak akan mengajarkan anak-anak menangani konflik, dan bisa membuat seolah-olah Anda mendukung satu anak yang lain (terutama jika Anda selalu menghukum anak yang sama).

Beberapa perbedaan perkelahian mudah dihadapo daripada yang lain. Ketika perkelahian antar saudara mencapai titik, di mana Anda tidak bisa lagi ikut campur, berikut adalah tips untuk menyelesaikan konflik:
Terpisah
Bawa anak-anak keluar dari perkelahian dan biarkan mereka mendingin di kamar. Terkadang yang dibutuhkan adalah sedikit ruang dan waktu untuk berjauhan satu sama lain.

Ajarkan negosiasi dan kompromi
Ajarkan anak-anak bagaimana menyelesaikan perselisihan dengan negosiasi. Pertama, minta mereka untuk berhenti berteriak dan mulai berkomunikasi. Berikan setiap anak berkesempatan menyuarakan keinginannya. Dengarkan, tapi jangan menghakimi. Cobalah untuk mengklarifikasi masalah, misal dengan mengatakan "Kedengarannya kakak benar-benar marah sama David yang sudah mengambil video game favoritmu". Lalu mintalah anak-anak menemukan solusi bagi semua orang.
Jika mereka tidak bisa memberi ide menyelesaikan masalah ini, perkenalkan solusi. Misalnya, jika anak-anak berebut mainan baru, Anda bisa memberi solusi jadwal untuk menetapkan kapan dan durasi bermain games.

Tegakkan Aturan
Pastikan semua anak-anak mematuhi aturan yang sama, seperti, tak boleh memukul, memanggil dengan julukan yang jelek, atau merusak properti masing-masing. Biarkan anak-anak mengatakan bagaimana aturan ditetapkan dan ditegakkan. Misal, mereka memutuskan hukuman memukul adalah kehilangan hak TV mereka semalam.
Biarkan anak-anak memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan dan buat mereka merasa seperti memiliki sedikit kontrol atas kehidupan mereka. Ketika anak-anak mengikuti aturan, puji mereka untuk itu.

Jangan bermain favorit
Bahkan jika salah satu anak terus mendapatkan masalah sementara yang lainnya bak malaikat, jangan memihak atau membandingkan anak-anak Anda. Ini hanya akan membuat anak-anak saling membenci satu sama lain.
Memberikan perlakuan istimewa pada salah satu anak dapat melukai hubungan antara Anda dan anak.

Jangan membuat semuanya sama
Tidak kesetaraan sempurna dalam keluarga. Anak yang lebih tua pasti diizinkan melakukan beberapa hal yang adik-adiknya tidak bisa. Alih-alih memperlakukan anak secara sama, perlakukan anak sebagai individu yang unik dan khusus.

Beri anak-anak hak atas prifasinya
Berbagi adalah penting, tetapi anak-anak juga tidak boleh dipaksa berbagi segalanya. Semua anak punya sesuatu yang istimewa dan itu adalah miliknya sendiri.

Pertemuan keluarga
Adakan acara bersama seluruh anggota keluarga sekali seminggu. Beri setiap anggota keluarga kesempatan untuk mengungkapkan keluhan, dan jangan lupa sertakan acara mencari solusi bersama.

Berikan anak perhatian tersendiri
Hal ini dapat menghabiskan waktu bagi masing-masing anak, apalagi jika Anda memiliki keluarga besar. Namun salah satu alasan mengapa saudara saling membenci satu sama lain karena mereka merasa tidak mendapatkan cukup perhatian Anda.
Biarkan anak-anak tahu, Anda cukup menghargai setiap orang dengan memberi satu-satu waktu untuk setiap anak. Berikan hari-hari khusus, seperti, mengajak anak perempuanmu berbelanja atau anak lelakimu ke bioskop (hanya berdua). Atau sisihkan 10 sampai 15 menit waktu Anda setiap hari untuk mereka, ini juga bisa membuat anak merasa istimewa.

Ketika Telah Diluar Kendali
Normal bagi saudara untuk berkelahi dari waktu ke waktu. Namun ketika perkelahian mencapai titik dimana salah satu anak menjadi korban (fisik maupun emosional), semua perlu dihentikan. Memukul, menggigit, atau perilaku mengganggu lainnya adalah bentuk-bentuk kekerasan dalam persaudaraan. Anda perlu melangkah masuk di dalam perkelahian anak-anak.
Saat tak mampu menghentikan perkelahian, bicarakan dengan psikolog anak atau psikolog kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan segera.
Sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Jika-Anak-Terlibat-Konflik

Senin, 24 September 2012

Salah Ucap di Depan Anak

Hati-hati, jangan asal bicara dan bertindak di hadapan anak.
Anak adalah cerminan orangtua. Artinya, segala tingkah laku orangtua, apakah itu baik atau tidak, tanpa disadari bisa memengaruhi perkembangan dan membentuk perilaku anak di masa depan. Lantas, seperti apa kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan orangtua terhadap anaknya? Simak penjelasan Psikolog Anak dari Rumah Sakit Royal Progress , Fika Frahesti Yunita  berikut ini.
Berbohong
Banyak orangtua sengaja berbohong di hadapan anaknya dengan dalih “demi kebaikan” atau sekadar menghindari sesuatu. Misalnya, “Nanti kalau Ibu Ine datang, bilang Mama enggak ada di rumah, ya.” Tanpa disadari orangtua, hal ini bisa memberikan dampak negatif pada anak. Buah hati juga akan menganggap berbohong adalah hal yang wajar dan terbiasa berbohong untuk lepas dari tanggung jawab. “Toh, Mama juga melakukan itu, kok.”
Marah Tak Terkendali
Anak pertama kali belajar ekspresi senang, marah, atau sedih dari orangtuanya. Oleh karena itu, jangan menunjukkan atau mengekspresikan kemarahan secara berlebihan di hadapan anak.
“Takutnya, hal itu ditiru anak. Jadi sebisa mungkin, ketika Anda ingin marah, usahakan untuk mengendalikan ekspresi kemarahan saat berada di depan anak,” ujar Fika.
Orangtua juga harus mengajari anak mencari solusi untuk masalah tersebut. Misalnya, “Mama sedang kesal dengan Si Anu. Sepertinya Mama harus mencari cara agar dia tidak mengulangi kesalahannya lagi.” Begitu pula ketika Anda sedang sedih. Ekspresikan kesedihan sewajarnya saja. Anda tidak ingin, kan, Si Kecil mudah depresi karena terbiasa melihat orangtua yang bergelung dalam kesedihan saat menghadapi masalah?
Menjelekkan Pasangan
 “Ibu sebal sama Bapak. Lama sekali kalau dimintai tolong!” Hati-hati, ah! Kalimat negatif tentang ayah atau ibu dari anak-anak seperti ini bisa diserap oleh anak, lho. Anak juga bisa tumbuh tidak menghargai orangtuanya.
Mengumpat atau Berperilaku Kasar
Terbiasa berkata-kata kasar atau kotor, meski Anda sedang tak marah, secara tidak langsung akan mengajarkan anak untuk berperilaku agresif terhadap orang di sekitarnya.
Menyepelekan Sesuatu
Saat Anda sedang berbincang mengenai sebuah urusan dengan pasangan dan kebetulan anak Anda ada di tempat yang sama, tanpa sengaja Anda berkata, “Kamu kasih uang saja ke orang itu supaya urusannya cepat selesai.”
Tahukah Anda? Tanpa sadar Anda sedang mengajarkan anak menjadi pribadi yang menggampangkan segala sesuatu. Ucapan ini juga akan membuat anak selalu mencari jalan pintas untuk keluar dari masalah yang ia hadapi.
Mengambil Alih Tugas
Mungkin Anda sedang tidak sabar atau ingin urusan cepat selesai, maka Anda mengambil alih tugas anak atau menyuruh orang lain menyelesaikannya. “Ya sudah, biar Si Mbok nanti yang merapikan mainanmu. Sekarang kamu mandi saja sana.” Percayalah, nantinya anak Anda bakal melepas tanggung jawabnya dengan sesuka hati. Ia juga akan terus berharap atau menyuruh orang lain mengambil alih tugasnya.
Menyombongkan Diri
“Saya pernah menemukan anak yang sering mengatakan ini, ‘Kalau bukan karena aku, tugasnya enggak bakal selesai!’“ ujar Fika. Setelah diselidiki, menurut Fika, ternyata orangtua Si Anak terbiasa menggunakan kata-kata seperti itu di rumah. Selain dianggap sombong, mungkin saja Si Anak kurang disenangi di lingkungannya.
Ingkar Janji
“Ayah, kan, sudah janji kalau hari Sabtu ini mau antar aku beli buku,” kata anak Anda sambil merengek setelah Anda membatalkan janji untuk kesekian kalinya. Ingkar dari janji, hanya sekali atau berkali-kali, bisa menghilangkan rasa percaya anak kepada Anda sebagai orangtua. Anda juga akan dicap sebagai orang yang tak bisa diandalkan.
Tidak Menegur Anak Ketika Berlaku Salah
“Ini termasuk kasus yang sering saya temui. Ketika anak berperilaku tidak baik, orangtua biasanya langsung bereaksi marah. Tetapi, ketika anak berbuat baik, orangtuanya tak memberi respons. Atau, ada juga orangtua yang tidak pernah menegur anaknya ketika jelas-jelas berbuat salah,” papar Fika. Dampaknya pada anak, ia sulit membedakan mana yang salah atau benar, serta terbiasa berbuat sesuka hatinya karena merasa tidak akan diawasi oleh orangtua.
Tidak Meminta Maaf
Meminta maaf jika melakukan kesalahan biasanya menjadi salah satu pelajaran yang sering diajarkan orangtua kepada anak. Tetapi, kadang ketika orangtua melaku­kan kesalahan, mere­ka lupa dan enggan­ meminta maaf. Atau, bahkan malah membela diri dan menyalahkan anak. Jika Anda tetap berperilaku seperti ini, jangan heran kalau nanti anak Anda akan tum­buh menjadi anak yang sulit mengakui kesalahan dan melempar kesalahannya kepada orang lain.
Asal Anak Senang
Dengan alibi malas mendengar keluhan dan rengekan anak, Anda cenderung menuruti setiap kemauannya. Padahal apa yang diminta anak belum tentu baik baginya.
Segera perbaiki perilaku ini. Jika tidak, anak akan menjadikan rengekan sebagai senjata dan menganggap kalau ia bisa mendapatkan apa pun yang ia inginkan hanya dengan merengek. Kebiasaan mengabulkan setiap permintaan anak juga akan membuat anak tidak patuh. Padahal, sejatinya, anak-anak harus belajar patuh kepada orangtua yang berperan sebagai nakhoda dalam rumah tangga.

Ester Sondang
Sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Salah-Ucap-di-Depan-Anak 

Jumat, 21 September 2012

Manfaat Pelukan Orangtua Bagi Perkembangan Psikologis Anak

Pada dasarnya orang tua mengetahui akan pentingnya hubungan dan kedekatan antara anak-anak dengan mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa, pada dasarnya sebagian besar orang tua menyatakan bahwa menghabiskan waktu dan demi kedekatan dengan anak bisa menjadi hal yang lebih penting di banding hal lainnya. Pada intinya bahwa antara orang tua dan anak saling membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang satu samai lainnya, dan hal itu tidak dapat dipungkiri adanya. Banyak orang tua dan anak merasakan bila rasa cinta dan kasih sayang tidak di dapat dari satu sama lainnya, maka keharmonisan keluarga serasa tidak lengkap.
Namun dilain sisi, banyak hubungan antara orang tua dan anak menjadi terbengkalai, dan hal ini memicu ketidak harmonisan dalam keluarga, bahkan akan menjadi sesuatu yang tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Banyak hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satunya adalah karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan lah yang membuat orang tua kehilangan waktu untuk dapat bersama dengan anak. Kadang dikarenakan kesibukan, orang tua harus pergi pagi-pagi secara terburu-buru karena pekerjaannya dan pulang ke rumah tatkala anak-anak sudah tertidur. Jika kondisi memang demikian, salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua untuk dapat mendekatkan hubungan dengan anak meski memiliki waktu sedikit adalah dengan cara memeluk anak.
Pelukan orang tua kepada anak dapat menimbulkan ikatan batin dan kasih sayang yang kuat antara anak dan orang tua. Mendapat pelukan berarti mendapat dukungan, dan bagi yang memeluknya berarti akan menimbulkan rasa percaya diri. Kehadiran hormon endomorfin yang muncul saat berpelukan dapat mengurangi ketegangan saraf dan serta tekanan darah. Bahkan penelitian di university of Itali menunjukkan data, bahwa anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih efektif sembuh dari depresi, dan akan timbul rasa percaya dirinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Bahkan pelukan saat inisiasi dini, sesaat bayi terlahir ke dunia, akan mentransfer sejenis mikroorganisme yang membuat daya tahan tubuh bayi akan semakin kuat. Dan ketika pelukan dengan rasa sayang ini di teruskan hingga masa kanak-kanak dapat menjadikan pribadi anak yang tidak gampang stress (Penelitian Journal of Epidemiology and Community Health). Jangan percaya pada mitos yang mengatakan bahwa anak yang sering mendapat pelukan akan menjadi cengeng, bahkan sebaliknya, secara psikologi, anak yang sering mendapat belaian, sentuhan dan pelukan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang penyayang, pertumbuhannya sehat, akan merasa nyaman dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
Peluklah anak anda sebelum anda berangkat kerja, toh memeluk anak tidak akan membutuhkan waktu yang begitu banyak. Peluklah yang tulus, jangan tergesa-gesa, curahkan segala rasa sayang dan cinta anda saat  anda memeluk anak anda. Saat anda pulang kerja, meskipun anak sudah tertidur pulas, peluklah dia meskipun sedang tidur. Sesekali sisakan waktu untuk tidur bersamanya dan memeluknya. Meskipun berada di alam bawah sadar, pelukan orang tua saat tidur tetap dapat memerkuat bonding antara orang tua dan anak, karena saat mereka tidur, anak-anak masih berada dalam gelombang alpha, dimana masih bisa untuk menerima rangsangan dan getaran dari perasaan cinta dan kasih sayang orang tuanya.

Kamis, 20 September 2012

Bermain Di Luar Stimulasi Pertumbuhan Anak

Tahukah Anda apa yang menjadi ‘tugas’ anak-anak? Bermain. Dan ‘tugas’ yang menyenangkan ini ternyata juga dapat menstimulasi kecerdasan anak.
Banyak hal yang terjadi ketika anak-anak bermain. Mereka akan belajar mengenal lingkungannya, belajar berinteraksi, belajar bertoleransi, serta berani mengeksplorasi diri sehingga menjadi lebih kreatif.
Bahkan menurut pengamatan yang dilakukan BBC melalui proyek Child of Our Time, bermain membuat anak lebih sering tertawa. Apa manfaat yang dirasakan anak ketika mereka banyak tertawa? Tak hanya membuat mereka merasa lebih bahagia tetapi juga membuat otot jantung serta paru-paru mereka bekerja lebih aktif. Ini kemudian membuat sistem imunitas mereka bekerja lebih optimal.
Dan tahukah Anda, permainan apa yang bisa bisa menstimulasi mereka lebih sering tertawa? Ternyata permainan di luar rumah atau outdoor memberikan anak-anak ‘hak istimewa’ untuk tertawa lebih lepas. Permainan di ruang terbuka biasanya lebih aktif sehingga menuntut mereka untuk berinteraksi.
Ketika mereka diajak untuk berinteraksi, tanpa disadari mereka sudah distimulasi untuk berpikir kreatif  dalam menghasilkan permainan-permainan yang dapat membuat dirinya dan teman-temannya terhibur. Bahkan tidak jarang interaksi yang terjadi ketika anak-anak bermain di ruang terbuka menuntut tubuh mereka untuk bergerak aktif, ini sudah pasti membuat pertumbuhan tulang serta otot mereka lebih kuat.
Contoh permainan sederhana di ruang terbuka yang bisa mencakup semua manfaat itu adalah bermain bola. Permainan ini adalah permainan aktif yang melibatkan beberapa orang. Dan kita orang tua, sangat disarankan untuk ikut bermain bersama mereka karena akan mencairkan hubungan orang tua dengan anak. Ini akan membuat anak-anak merasa dekat dan percaya dengan orang tuanya. Kepercayaan inilah yang nantinya membuat anak lebih mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya ketimbang yang dibicarakan teman-temannya.
Aktivitas melempar, menangkap, dan menendang bola akan melatih mereka untuk menjaga keseimbangan dan koordinasi dengan anggota tubuh lain. Di sinilah motorik kasar mereka akan terstimulus dengan sempurna. Bonusnya, anak-anak kita akan menjadi lebih sehat dan bugar karena bermain bola termasuk olahraga kardiovaskuler.
Bonus lainnya, daya kreativitas anak juga bisa dilatih dengan mengajak anak memberikan variasi dalam permainan bola. Tak hanya melempar, menangkap, dan menendang bola, anak-anak dapat menggunakan daya imajinasinya untuk menciptakan kegembiraan dengan mencari cara lain untuk bermain bola. Misalnya, tantang dia untuk memainkan bola dengan alat permainan lain yang dia miliki. Alhasil, anak tak hanya menjadi kreatif tapi juga berani menciptakan solusi dari setiap tantangan yang diberikan.
Begitu banyak manfaat yang bisa kita berikan kepada anak hanya dengan membiarkan mereka bermain bola di luar rumah. Jadi mulai hari ini, mari kita stimulasi anak untuk menjadi lebih aktif dan kreatif dengan cara yang menyenangkan yaitu dengan memberikan kebebasan bagi mereka untuk bermain di luar.
Semoga bermanfaat,,,^_^

Sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Bermain-Di-Luar-Stimulasi-Pertumbuhan-Anak

Rabu, 19 September 2012

Menakertrans Minta Kesempatan Kerja Penyandang Cacat Diperluas

Solo (ANTARA) - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar meminta perusahaan-perusahaan milik negara maupun swasta agar memberikan kesempatan kerja yang lebih luas bagi para penyandang cacat (disabilitas).
"Pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan agar memberikan kesempatan kerja lebih luas kepada penyandang cacat," kata Muhaimin Iskandar saat membuka bursa kerja (job fair) Penyandang Cacat di Solo, Rabu.
Bursa kerja khusus penyandang disabilitas selama dua hari yang merupakan bagian dari Gerakan Penanggulangan Pengangguran ini dihadiri sedikitnya 18 perusahaan yang bersedia mempekerjakan penyandang disabilitas dengan ratusan lowongan kerja yang tersedia.
Jenis lowongan yang tersedia di antaranya adalah juru masak, desain grafis, operator, sewing, guru, tenaga medis, administrasi, tenaga pemasaran, penjahit, dealer produksi, agen kerajinan tangan, manager koperasi, dan staf koperasi.
Muhaimin mengatakan Pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk memberikan kesempatan kesempatan kerja yang lebih luas lagi kepada para penyandang disabelitas, sesuai dengan ketentuan perundangan dan regulasi pendukung lainnya.
"Penyelenggaraan job fair khusus ini merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk memfasilitasi pertemuan antara pencari kerja penyandang disabilitas dengan para perusahaan pengguna," katanya.
Ia mengatakan dengan diadakannya job fair bagi penyandang disabilitas ini dapat dijadikan wadah yang mempertemukan pencari kerja dan pengguna tenaga kerja dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja disabalitas secara lebih optimal.
"Ke depan Kemenakertrans akan lebih menggiatkan penyelenggaraan job fair semacam ini. Bursa kerja khusus bagi penyandang disabilitas yang merupakan bagian dari gerakan penanggulangan pengangguran di daerah memberi kesempatan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka," Kata Muhaimin.
Dikatakan Kemenakertrans terus menggiatkan program sosialisasi kepada publik, khususnya dunia usaha, mengenai aturan dan regulasi yang memberikan mandat kepada perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas.
Sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan Peraturan Pemerintah No.43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat telah ditegaskan bahwa penyandang cacat berhak untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya, kata Muhaimin.
Namun, jumlah perusahaan di Indonesia yang mempekerjakan penyandang cacat dapat dikatakan masih minim. Padahal Jumlah idealnya, tambah Muhaimin, setiap perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya satu orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 orang pekerja perusahaannya.
Data Kementerian Sosial pada 2010 menyebutkan jumlah penyandang disabilitas mencapai 11.580.117 orang. Namun, peluang kerja bagi para penyandang disabelitas sangat terbatas, terutama penyandang disabilitas yang bekerja secara formal.
Kemenakertrans, selaku kementerian yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjan, telah mengeluarkan aturan atau regulasi terkait dengan pelatihan kerja dan penempatan tenaga kerja penyandang disabilitas, yaitu melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP-205/MEN/1999 tentang Pelatihan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat, serta mengeluarkan Surat Edaran Menteri No.01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat di Perusahaan.
Kemenakertrans juga akan terus dan meningkatkan penyelenggaraan pelatihan bagi para tenaga kerja penyandang disabilitas guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, baik dari sisi keahlian teknis maupun manajemen/administrasi keuangan, melalui pemanfaatan BLK-BLK yang ada, baik BLK milik Pemerintah Pusat maupun daerah.
"Melalui pelatihan ini, para peserta didik juga ditumbuhkembangkan rasa dan minat untuk berwirausaha. Dengan demikian, diharapkan nantinya setelah mereka diikutkan kegiatan ini, mereka dapat membuka usahanya sendiri atau bahkan secara berkelompok, sehingga kehidupannya tidak lagi bergantung atau menjadi beban keluarganya," kata Muhaimin. (tp)

Duh, Perceraian Orang Tua Picu Stroke

Ghiboo.com - Perceraian orang tua ternyata berdampak pada kesehatan jantung.

Penelitian baru dari University of Toronto menunjukkan, pria yang orang tuanya bercerai ketika usianya belum mencapai 18 tahun, tiga kali lipat lebih mungkin terkena stroke.

Namun sebaliknya. Perceraian orang tua tidak meningkatkan risiko stroke pada wanita.

Peneliti Esme Fuller-Thomson dari University of Toronto menjelaskan belum mengetahui secara pasti mengapa hal terjadi, namun perceraian memicu produksi hormon stres kortisol secara berlebihan.

"Ada kemungkinan bahwa paparan stres akibat perceraian orang tua mengubah cara anak bereaksi terhadap stres selama sisa hidupnya," jelas Fuller-Thomson, dilansir melalui Dailymail (18/9).

Selain itu, peristiwa tak mengenakkan semasa kecil tersebut juga dapat mengubah sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), melalui tingkat kortisol yang diproduksi.

"Peristiwa tak mengenakan semasa kecil dapat mempengaruhi kesehatan di seluruh sisa hidupnya dengan cara mempengaruhi perkembangan sumbu HPA. Paparan stres dapat menyebabkan sumbu HPA bergeser dan meningkatkan sensitivitas stres saat dewasa," jelasnya.

Fuller-Thomson juga menduga meningkatnya risiko stroke pada pria bisa pula disebabkan hilangnya sosok panutan seorang ayah.

"Kehadiran sosok ayah ternyata berdampak baik bagi kesehatan Anda dalam jangka panjang," tambahnya.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/duh-perceraian-orang-tua-picu-stroke-133000188.html

Selasa, 18 September 2012

Mendidik Anak di Tengah Kesibukan Bekerja

Besarnya tuntutan hidup di kalangan masyarakat urban memaksa banyak suami dan istri bekerja di luar rumah. Si kecil tinggal bersama pembantu atau diasuh oleh orang tua. Meskipun sama-sama sibuk bekerja, orang tua tetap bertanggungjawab atas pendidikan anak.
Sedikit saja lengah dalam mendidik dan mengawasinya, si kecil bisa terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal yang mungkin berdampak negatif seperti televisi, teman bermain dan lingkungan sekitar.
Berikut beberapa hal yang bisa Ayah dan Bunda lakukan di tengah kesibukan bekerja:
  • Luangkan waktu bermain. Sebanyak apapun beban pekerjaan kantor, luangkan sebagian waktu untuk sekedar bersenda-gurau atau menanyakan PR hari ini. Kehangatan dan keakraban yang terus terjalin dalam interaksi antara anak dan orang tua akan menumbuhkan rasa nyaman di hati si kecil.
  • Menjadi pendengar yang baik. Anak yang aktif senang berbagi cerita yang baru dialaminya. Sebaliknya, dia juga senang mendengarkan apa saja yang diceritakan oleh Bundanya. Jadilah pendengar yang baik dan apresiasikan setiap kisah yang ia ceritakan dengan penuh perhatian.
  • Lakukan pengawasan. Anak akan merasa nyaman bila mengetahui orang tua memberi perhatian penuh kepadanya. Tanyakan aktifitas apa saja yang dia lakukan sepanjang hari. Bila ada yang kurang baik, beri pengarahan dengan cara persuasif dan menyenangkan.
  • Hadiah dan hukuman. Hadiah berarti apa saja yang disenangi oleh si kecil sepanjang itu baik dan tidak membahayakan, termasuk pujian, senyum dan tepuk tangan. Sedangkan hukuman jangan diartikan sebagai bentakan, amarah, apalagi pukulan fisik. Berdiam diri dengan memasang muka masam ke anak sudah cukup menjadi peringatan baginya bahwa apa yang baru ia lakukan salah dan tidak berkenan di hati Bunda. Biasakan memberi hadiah dan hukuman secara proporsional agar si kecil selalu termotivasi untuk berbuat baik dan belajar dari kesalahan.
  • Tidak sering mengganti pembantu. Pembantu atau baby sitter memegang peranan penting saat orang tua absen dari rumah. Selain berfungsi menjaga dan melayani kebutuhan anak, pembantu juga berperan dalam meningkatkan kemampuan sosial anak. Bila anak sudah akrab dengan satu orang pertahankan selama mungkin, dan upayakan untuk tidak terlalu sering mengganti pembantu.
Sumber : http://www.balita-anda.com/kehamilan/493-mendidik-anak-di-tengah-kesibukan-bekerja.html

Jumat, 14 September 2012

Manfaat Bermain Puzzle

Dalam dunia anak-anak terdapat berbagai jenis permainan, salah satu jenis permainan yang bermanfaat bagi anak dan bersifat edukatif adalah puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motifasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya. Puzzle sudah bisa dimainkan oleh anak berusia 10 bulan, tentunya dengan kepingan gambar (puzzle) yang sedikit dan tingkat kesulitannya lebih mudah. Untuk awal, kenalkan anak anda dengan puzzle sederhana yang terdiri dari sebuah keping saja, misalnya gambar ikan. Jadi si kecil hanya memasukkan satu buah kepingan gambar tersebut kedalam lubangnya. Makin tinggi usia anak, biasanya tingkat kesulitan lebih rumit. Dari yang hanya satu kepingan gambar, kemudian menjadi sebuah gambar yang dipotong menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Semakin banyak gambar dan kepingan gambarnya, semakin tinggi tingkat kesulitannya.
Yang perlu diperhatikan orang tua adalah kemampuan tiap anak berbeda. Biasanya anak yang sejak dini sudah dikenalkan dengan puzzle akan lebih mahir dan terbiasa bermain puzzle. Oleh karena itu, para orang tua yang akan memilih puzzle untuk anaknya, jangan berdasarkan umur, tetapi bergantung kepada kemampuan si buah hati. Umumnya, anak-anak yang kuat kemampuan visualnya, akan lebih mudah dan cepat menyelesaikan permainan ini.
Manfaat bermain puzzle
permainan puzzle memiliki banyak manfaat untuk buah hati anda, yaitu :
  • Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi. Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
  • Melatih koordinasi tangan dan mata. Puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata anak untuk mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Puzzle juga membantu anak mengenal dan menghapal bentuk.
  • Meningkatkan Keterampilan Kognitif. Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.
  • Belajar bersosialisasi. Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya butuh diskusi untuk merancang kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut. Anak yang lebih besar akan merasa senang jika dapat membantu anak yang lebih kecil, sebaliknya pun begitu, jadi akan tercipta suasana yang nyaman dan terciptanya interaksi ketika bermain.

Tugas Orangtua
Tugas anda sebagai orang tua adalah mendampingi mereka dan memberikan kesempatan pada anak anda untuk berusaha sendiri menyelesaikan puzzle tersebut. Bila si kecil mengalami kesulitan, anda bisa memberikan arahan kepada anak anda. Namun apabila si kecil sudah mulai terlihat frustasi dan tidak bisa melanjtukan permainannya, anda bisa menawarkan untuk menghentikan permainannya dan ajak ia beristirahat atau melakukan aktivitas yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan anak anda belum sampai ke tingkat kesulitan seperti itu, lain waktu anda bisa memberi puzzle yang tingkat kesulitannya lebih mudah. Jika anak anda berhasil menyelesaikan puzzle tersebut, berikanlah ia pujian. Kemudian tanyakanlah seputar gambar yang telah berhasil ia selesaikan, untuk mengetahui sejauh apa dia memahami gambar tersebut.
Sumber : http://www.kafebalita.com/content/articles/read/2009/10/manfaat-bermain-puzzle/1293

Kamis, 13 September 2012

Efek Keluarga “Broken Home” Terhadap Perkembangan Anak

Seorang anak yang selalu hidup terisolir dalam konflik kedua orangtuanya, sangat berpontensi melakukan hal-hal negatif dan diluar batas.

Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.
Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat si anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosiyang disebabkan, akan membuat si anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anakyang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah.
Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual.
Berdasarkan hal tersebut, Musick mengambil sebuah kesimpulan nyata, bahwa hidup dengan kedua orangtua lengkap takkan menjamin jiwa dan mental seorang anak. “Lebih baik anak hidup dan dibesarkan secara ’sehat’ dengan orangtua tunggal dibanding harus dengan dua orangtuayang selalu bertengkar,” begitu tulis Musick.

Sumber : http://www.untukku.com/artikel-untukku/efek-keluarga-broken-home-terhadap-perkembangan-anak-untukku.html#null

Rabu, 12 September 2012

5 Hal yang Anak-Anak Ajarkan Kepada Anda

Oleh Katie Lee | Yahoo Lifestyle

Anak-anak bisa jadi merupakan orang yang paling bijaksana. Mereka terlalu sibuk berfokus pada urusan menjalani hidup, karena itu mereka bisa melihat kehidupan dengan lebih baik daripada kita.

Berikut adalah lima hal yang anak bisa ajarkan kepada Anda:

1. Hal-hal kecil dalam hidup
“Aku berharap bisa menyukai segala sesuatu seperti anak-anak menyukai gelembung,” kata karakter Paul Rudd di dalam film “Knocked Up”. Saat Anda merasa sangat letih dan melihat anak Anda begitu senangnya bermain gelembung di taman, ingatlah bahwa semua itu hanyalah kesenangan kecil yang membuat hidup Anda berharga.

Kapan terakhir kali Anda melakukan hal kecil yang sangat Anda sukai? Pergi keluar pada malam hari? Duduk di taman sambil membaca buku? Berbaring lama di hari Minggu dengan tumpukan kertas? Anda tidak pernah melakukan itu semua saat muda. Namun itu karena Anda telah memiiki anak saat ini dan semua waktu kebebasan, jalan-jalan malam dan membaca buku sudah tidak ada lagi.

Tapi jangan khawatir, coba pikirkanlah beberapa hal yang lebih kecil dalam hidup, misalnya menikmati secangkir teh sebelum teh itu dingin.

2. Anda dapat meluangkan waktu untuk apa yang Anda inginkan
Saat Anda mengingat waktu-waktu Anda sebelum punya anak, Anda akan merasa terkejut bagaimana Anda mengisi waktu saat itu. Anda menghabiskan waktu dengan berbaring lama di hari Minggu di atas tumpukan kertas dan pergi jalan keluar di malam hari, namun banyak dari waktu tersebut dihabiskan dengan melakukan satu hal pada satu waktu, dengan sangat perlahan.

Sekarang waktu adalah musuh Anda, Anda tahu betapa pentingnya untuk menghabiskan setiap menit sehari. Itulah mengapa Anda bisa memasang tirai baru, memesan makanan secara online, menidurkan bayi dan membantu anak Anda mengerjakan PR matematikanya pada waktu yang bersamaan. Sayangnya, tidak ada dari hal-hal tersebut yang dapat dikerjakan dengan maksimal, namun setidaknya Anda dapat mencentangnya di daftar apa yang harus Anda lakukan. Dan itu sangat penting.

3. Kreativitas berasal dari antusiasme masa muda
Terry Gilliam dari Monty Python mengatakan, dasar kesuksesan kreativitasnya adalah dengan tidak membiarkan dirinya menjadi tua dan letih. Dengan berpegangan pada kesenangan yang kekanak-kanakan, ia menciptakan beberapa film yang paling imajinatif selama beberapa dekade belakangan.

Saat Anda semakin tua, kemampuan Anda melihat keajaiban telah memudar, dan segala sesuatu terlihat sangat membosankan. Itulah mengapa saat Anda menghabiskan waktu Anda dengan membantu anak Anda mewarnai gambar dan menempelkan gambar tempel, Anda akan merasa bahwa Anda bahkan lebih merasa senang dari mereka, setelah itu Anda pun bekerja dengan keras dalam mengisi semangat kreativitas Anda. Sangat bagus!

4. Anda menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui diri Anda yang sebenarnya

Anak perempuanku terbiasa tidak mengunci pintu dan belajar untuk membukanya. Untungnya, ia masih belum begitu bisa.

Itu hanyalah salah satu momen saat aku melihatnya berlatih dengan fokus semacam itu setiap hari, kemudian aku pun tersadar berapa banyak hal yang aku lakukan yang tidak semenakjubkan ketika kecil. Kita semua harus belajar bahwa cangkir yang besar tidak mungkin muat dimasukkan ke dalam cangkir kecil, dan sebuah kunci akan bekerja jika dimasukkan ke lubang yang cocok.

Itu adalah hal-hal kecil yang Anda akan berpikir, “Wow, itu sungguh luar biasa! Aku sungguh senang karena aku tidak perlu mempelajari hal-hal mendasar tersebut dalam waktu lama.” Sesuatu yang membuat Anda merasa bersyukur bisa melakukannya. Mungkin sedikit senyuman kemenangan.

5. Cerminan diri

Anda mungkin sudah dewasa. Tapi memperhatikan balita Anda yang sedang marah dapat membuat Anda sadar bahwa kita masih belajar untuk menjadi orang dewasa.

Bagian dari diri Anda yang masih sering cemberut saat sedang berkumpul bersama keluarga, menolak untuk menerima argumen orang lain, bahkan jika Anda salah, atau membuat Anda telat datang ke rapat, merupakan bagian dari diri Anda saat masih belum bersekolah.

Bagian diri Anda yang masih suka sulit diatasi orangtua, sering egois, kritis atau tidak sabar dengan kegagalan Anda.

Susan D. Smith merupakan konsultan manajemen stres di Bromley Management Centre. Ia menyarankan Anda untuk lebih bertanggungjawab dengan orang-orang yang Anda cintai, “Keluarkan sisi kekanak-kanakan Anda untuk bermain sebelum rapat penting dan biarkan sisi kedewasaan Anda yang mengatasi masalah selanjutnya  – Anda pun akan merasa lebih tenang.”

Ternyata, seorang balita yang sedang mengambek di karpet karena rotinya jatuh, tidak berbeda jauh dari diri Anda dan saya sekarang.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/5-hal-yang-anak-anak-ajarkan-kepada-anda.html

Rabu, 05 September 2012

Peran Ayah Dalam Mendidik Anak Menurut Islam

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman (31) ayat 13).
AYAT ini, bersama dengan ayat-ayat serupa (al-Baqarah 132, Yusuf 67) bercerita tentang para ayah (Luqman, Nabi Ya’kub, dan Nabi Ibrahim) yang sedang mendidik anak-anaknya. Ternyata, proses pendidikan (dalam keluarga) yang digambarkan melalui al-Qur’an dilakukan oleh para ayah. Tidak ada satu ayat pun yang memotret momen pendidikan dari para ibu, kecuali adanya perintah menyusui—tanpa menafikan tugas amar ma’ruf nahi mungkar yang sifatnya umum, baik untuk laki-laki maupun perempuan).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, “Seorang ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1 sa’ di jalan Allah.” Nabi pun mencontohkan, bahkan ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat.
Keterlibatan ayah dalam pendidikan anak memenuhi gambaran sejarah Islam. Dalam buku ‘al-Muhaddithat; The Women Scholars In Islam’, Mohammad Akram Nadwi memberikan banyak contoh bagaimana para ulama kita menyediakan waktu untuk pendidikan putri-putrinya sebagaimana mereka meluangkan waktu untuk tugas-tugas lainnya.
Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H), misalnya, senantiasa memantau pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) di tengah kesibukannya sebagai hakim. Diriwayatkan oleh al-‘Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.
Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi (560 H) juga tercatat mengajari putrinya 7 (tujuh) cara baca al-Qur’an, serta buku-buku hadits seperti Bukhari dan Muslim. Walaupun ada yang mengatakan bahwa beliau terlalu sibuk dengan dakwah sehingga tidak pernah punya waktu untuk putrinya, namun hal ini dibantah oleh Imam al-Dhahabi yang mengatakan bahwa sulit dipercaya jika ada ulama yang berperilaku seperti ini, sebab “perbuatan seperti ini merupakan keburukan yang bertentangan dengan ajaran Nabi SAW. Sang teladan bagi umat manusia ini biasa menggendong cucunya bahkan ketika sedang shalat.”
Contoh lain bisa kita dapati dari riwayat pakar pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256H). Disebutkannya, Hakim Isa bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lainnya. Demikian pula dengan Asad bin al-Furat, panglima perang yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya. Nama lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi (496H) dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi (539H).
Dari beberapa contoh di atas bisa kita lihat, bahkan untuk pendidikan anak perempuan sekalipun, para ulama tidak melemparkan tanggung jawab kepada istri-istrinya. Begitu intensifnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya, hingga tatkala menjelang sakaratul maut pun, seorang ayah yang baik memastikan sejauh mana keberhasilannya dalam mendidik anak-anaknya dengan bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” (maa ta’buduuna min ba’dii, al-Baqarah 133).
Sungguh berbeda dengan kondisi masyarakat kita yang seakan-akan membebankan semua urusan anak-anak kepada para istri, dan menghabiskan waktunya untuk urusan di luar rumah. Seorang dokter yang sangat sibuk ternyata bisa dengan antusias mendidik para mahasiswa kedokterannya dan bahkan berceramah keliling nusantara, namun, bagaimana mungkin dia menjadi begitu loyo dan beralasan tidak punya waktu ketika harus mendidik anak-anaknya sendiri?
Tidak mengherankan jika kenakalan remaja dan kerusakan generasi menjadi kian parah, sebab, para ayah hebat kita—pengacara terkenal, hakim agung, pengusaha sukses, termasuk beberapa ustadz yang luar biasa dalam dakwah—terlalu sibuk mendidik orang lain dan menyepelekan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.

Sumber : http://muslimahzone.com/peran-ayah-dalam-mendidik-anak-menurut-islam/

Sabtu, 01 September 2012

Ini Dia Manfaat Dampingi Anak-anak Bermain

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan, apalagi orangtua mendukung kegiatan tersebut. Tetapi bagaimana dengan permainan yang ada di arena bermain di mal, taman, atau sekolah?
Saat ini tak sedikit mal yang menawarkan arena bermain bagi anak. Tetapi orangtua juga harus mengawasi anak bermain, karena tidak semua arena ada pengawasnya.
"Di sisi lain biarkan anak memilih atau melakukan permainan apa saja di arena tersebut, asal dampingi anak, jangan dibiarkan bermain sendiri, " kata S. Evangeline I. Suaidy, Jumat (31/8/2012), di Jakarta.
Peran orangtua dalam mendampingi anak bermain dengan cara mengenalkan permainan yang mengandung minat dan bakat, karena lewat permainan tersebut kita orangtua bisa mengenalkan berbagai macam profesi.
Misal pilot, dokter, polisi, pemadam kebakaran, pembuat kue, dan lain-lain. Hal itu akan menambah pengetahuan anak tentang profesi, imaji, dan memiliki cita-cita.
"Setelah bermain, kita tanya anaknya, seperti apa yang menarik dari permainan tadi. Jangan cuma nanya 'seneng nggak tadi?', anak jawabnya pasti senang, ingin ke sana lagi," kata Eva.
Jika dalam pembicaraan antara orangtua dan anak muncul ketertarikan anak dengan profesi yang dimainkannya tadi, sebagai orangtua, kita dapat memaperkan tentang apa dan bagaimana profesi tersebut, bagaimana cara mencapainya, apa saja tantangan yang dihadapi, anak akan melakukan tugas apa saja, dan sebagainya.
"Dengan berkomunikasi, menggali, bertanya ke anak, mereka melakukan proses berpikir, memilih, dan memutuskan tentang profesi masa depannya," tutup Eva dalam coaching clinic Cosmos di KidZania Jakarta.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/ini-dia-manfaat-dampingi-anak-anak-bermain-143130151.html