.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Rabu, 25 Juli 2012

Ingat, Jangan Paksa Anak TK Bisa Membaca

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Psikiater Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ meminta para guru jangan memaksa siswa Taman Kanak-kanak (TK) untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung.
"Jangan membuat anak-anak harus tahu segalanya dan mengerti berbagai ilmu pengetahuan, biarkan saat di TK mereka puas dengan masa bermainnya. Anak-anak masuk TK sesungguhnya ingin bermain dan mengenal lingkungan," katanya di sela perayaan Hari Anak Nasional yang mengambil tema 'Keceriaan Anak, Keceriaan Bangsa', di Denpasar, Senin (23/7).
Namun sayangnya, ucap Suryani, para guru dan orang tua cenderung ingin anaknya yang masih TK agar bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). "Kebanyakan guru TK dan juga SD kelas I mereka tidak mau tekun mengajarkan anak calistung, mereka hanya mau menerima yang sudah jadi. Anak diminta membaca sendiri buku teks pelajaran dengan sedikit sekali tuntunan," ucapnya.
Menurut dia, dengan memaksa anak demikian justru dapat membuat anak-anak menjadi takut untuk belajar dan merasa tidak gembira. "Padahal kalau anak gembira, maka ke depannya mereka akan lebih mempunyai semangat juang dan kreatif, tidak hanya berguna untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masa depan bangsa," katanya yang juga Direktur Suryani Institute For Mental Health.
Seharusnya kata dia, jangan membuat anak tambah takut belajar, tetapi jadikan mereka untuk selalu ingin tahu. "Guru-guru SD paling tidak dapat menyediakan waktu khusus bagi siswa-siswi untuk belajar menulis halus dan juga mendampingi membaca," katanya.
Di sisi lain, Suryani menilai guru-guru sekarang sangat jarang mengajarkan peserta didiknya menyanyi sebagai salah satu upaya membangun kegembiraan pada anak-anak. Seyogyanya, lanjut dia, biarkan anak-anak berkembang dengan wajar, karena sesungguhnya setiap anak punya kelebihan dan keunikan yang tidak harus dari sejak dini dipaksa untuk bisa berbagai hal.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/ingat-jangan-paksa-anak-tk-bisa-membaca-103929557.html

Selasa, 24 Juli 2012

Batasi Gadget Pada Anak, Bekali Mereka Keterampilan

TRIBUNNEWS.COM - Canggihnya gadget saat ini seperti iPhone, PSP, ataupun Nintendo membuat orangtua melirik benda tersebut untuk anak mereka. Namun, apakah baik bagi anak?
Presenter sekaligus aktivis sosial Dewi Hughes mengakui banyak orangtua belum paham cara berkomunikasi efektif dengan anak.
"Anak minta gadget dikasih, anak minta disuapin sambil jalan-jalan diladenin, saya lihat di resto ada anak disuapin tetapi matanya ke gadget. Saya bilang itu bahaya banget," tutur Hughes.
Pendidik kelahiran 2 Maret 1971 itu pun menegaskan bahwa orangtua jangan terlalu bangga kalau anak di bawah umur lima tahun sudah dibekali dengan gadget canggih, karena tumbuh kembang anak bukan ke gadget.
"Anak boleh menggunakan gadget, tetapi orangtua harus disiplin, ada batasan waktu untuk mereka," tegasnya.
Menurutnya, anak harus diajarkan mandiri sejak usia dini, dan bekali anak life skill atau keterampilan untuk hidup yang dapat digunakan sehari-hari. Seperti  mandi, mengenakan baju, makan dengan baik, sikat gigi, antri yg santun, dan masih banyak lainnya.
"Ajarkan anak life skill, setelah itu baru belajar yg lain. Jadi masa kanak-kanak jangan diisi dengan perwakilan-perwakilan seperti gadget, pembantu, televisi, itu semua nggak bisa dikontrol," lanjut Desak Made Hugeshia Dewi, nama lengkapnya.
Orangtua yang tidak memberikan life skill akan "memanen" hasilnya setelah anak setelah usia delapan tahun.
"Nanti orangtua akan bilang, 'kok kamu nggak bisa ngomong, kamu nggak bisa ini, nggak bisaitu?', Ya orangtuanya kemana aja? Bukannya yang ngajarin seperti itu mereka? Anak itu nggak lihat orangtuanya, mereka lihat mainannya," katanya.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/batasi-gadget-pada-anak-bekali-mereka-keterampilan-020911448.html

Rabu, 18 Juli 2012

Penting!!! Balita Punya Banyak Teman

Penting, Balita Punya Banyak Teman
Berteman penting bagi anak untuk belajar keterampilan sosial. Tanpa teman, buah hati Anda takkan tahu, perilakunya bisa diterima anak lain atau tidak. Tanpa teman, balita Anda takkan belajar toleransi, tenggang rasa, mengalah dan mempertahankan haknya.

Bagi anak-anak usia 3 – 4 tahun, teman adalah mahkluk penting saat ia mulai masuk kelompok bermain atau taman kanak-kanak. Ketika buah hati Anda mulai bergaul dengan teman sebaya di sekitar rumah, teman-teman bermainnya adalah aset penting. Kalaupun kadang-kadang bertengkar, itu soal biasa! Mereka masih mempertahankan wilayah, seperti  “ini tempatku”, “ini bonekaku”, “ini mobilanku”. Ibu atau ayah tak perlu terlibat dengan pertengkaran anak-anak itu. Mereka sedang mengembangkan keterampilan kerja sama, empati, memberi perhatian pada orang lain, mencoba memahami dampak perilakunya terhadap orang lain dan mengembangkan kemampuan untuk menerima masukan dari orang lain tentang perilakunya.

Yang penting, ajarkan anak hal-hal berikut ini sebagai modal berteman:
  1. Berbicara dengan sopan, menggunakan kata-kata yang baik dan nada bicara yang diakui secara sosial disebut “sopan”.
  2. Bersikap empati, sesuatu yang dimiliki anak Anda bahkan sejak ia bayi. Anda tinggal mengembangkannya. Saat balita Anda melihat temannya jatuh dan lantas ia berkomentar “Kasihan deh lu!” Anda harus segera mengoreksi.  Ajak anak membantu membersihkan luka temannya yang jatuh, atau paling tidak menawarkan bantuan, misalnya, “Yuk, lukanya dicuci.”
  3. Mengenali perasaan orang lain lewat ekspresi wajah. Tidak mudah  bagi balita Anda. Tapi Anda bisa membantunya dengan mengenali perasaan anak Anda lewat ekspresinya. Misalnya balita Anda tampak gusar, Anda bisa berkata, “Marah ya? Apa yang membuatmu marah?” Lambat laun balita peka pada ekspresi orang lain.
  4. Mengendalikan emosi, mengekspresikan emosi negatif tidak dengan cara merusak, memukul atau berteriak. Anak akan bisa mengendalikan emosinya bila Anda menanggapi emosi anak dengan penuh simpati.    
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Balita/penting.balita.punya.banyak.teman/001/007/879/3

Ayo, Batasi Waktu Nonton TV Anak!


Batasi kegiatan nonton TV anak Anda per harinya, jika tak ingin menderita kegemukan.
Sebuah penelitian dari Kanada yang dilansir dari redorbit.com menyatakan bahwa, anak-anak tidak boleh lebih dari dua jam menonton TV per harinya.

Berdasarkan pengamatan terhadap kebiasaan menonton TV dari 1.314 anak-anak, ditemukan bahwa pada awal penelitian, mereka menonton TV selama 8,8 jam per minggu. Dua tahun kemudian, terjadi peningkatan rata-rata kegiatan menonton menjadi bertambah 6 jam sehingga mencapai 14,8 jam per minggu.

Bahkan 18 persen dari anak-anak dalam penelitian tersebut kebiasaan menontonnya mencapai 18 jam seminggu.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa efek dari menonton selama 18 jam pada usia 4,5 tahun akan menghasilkan ekstra 7,6 mm lingkar pinggang pada usia 10 tahun.

Dr Caroline Fitzpatrick kepala peneliti dari Universitas New York dan Dr Linda Pagani dari Universitas Montreal, menyatakan:

"Anak usia dua hingga empat tahun yang menghabiskan banyak waktu di depan TV, nanti pada akhir sekolah tingkat empat (sekitar usia 10 tahun) berkontribusi terhadap pelebaran ukuran pinggang dan menghambat kemampuannya dalam berolahraga".

Mengenai hubungannya dengan olahraga, ternyata, tambahan nonton per jam seminggunya dapat menurunkan kemampuan melompat dari posisi berdiri sebanyak 0,36 cm.

Dr Linda Pagani menandai penting penelitian ini sebagai salah satu faktor obesitas anak.

"Intinya adalah menonton televisi terlalu lama, di luar rekomendasi-sangatlah tidak bagus," jelas Dr Pagani.

Anjuran dari The American Academy of Pediatrics (Akademi Kedokteran Amerika Mengenai Kesehatan Anak) adalah bahwa anak-anak berusia lebih dari 2 tahun tidak boleh menonton lebih dari dua jam sehari.

Penelitian tersebut juga menyampaikan bahwa kebiasaan dan sikap itu dapat mengakar dan berefek negatif bagi kegiatan olahraga di masa remaja.

Untuk mengetahui lebih spesifik lagi penyakit apa saja yang dapat diindikasikan dari kebiasaan menonton TV, para peneliti menekankan diperlukannya penelitian lebih lanjut.

sumber : http://id.she.yahoo.com/ayo-batasi-waktu-nonton-tv-anak-113000495.html

Selasa, 17 Juli 2012

Mengatasi Anak Galak

Perilaku anak yang galak seperti suka memukul dan menendang teman atau orang yang tidak disukainya kadang membuat kita kerepotan karena bisa jadi ia akan dijauhi oleh teman-temannya, perilaku ini membutuhkan arahan orang dewasa sehingga ia mampu mengalihkan ekspresi emosi pada prilakku yang lebih bisa diterima oleh lingkungan. Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengarahkan anak dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya, tanpa arahan yang jelas dan tegas , anak semakin sering menampilkan prilaku tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai orang tua yaitu :
  1. Amati prilaku orang dewasa dan anak-anak yang ada di sekitarnya, adakah yang berprilaku kasar seperti itu? jika ada maka prilaku kasar/galak akan semakin menguat karna anak mencontoh dan meniru orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu sebisa mungkin jauhi tindak kekerasan dari anak kita.
  2. Prilaku kasar/galak bisa didasari oleh perasaan tidak nyaman atau tidak aman, sebagai orang tua kita perlu menggali perasaan anak dan mencari tau hal-hal apa saja yang membuatnya tidak senang atau yang membuatnya senang.
  3. Arahan yang tegas dan jelas, bila anak akan memukul katakan padanya “tidak boleh” dan jelaskan kalau dipukul itu sakit jadi kamu tidak boleh memukul. Biasanya pada anak usia 3 tahun keatas biasanya dia mulai mempertahankan keinginannya, oleh karena pada usia ini anak bila dilarang akan semakin terdorong utk melakukan. Daripada melarang anak lebih baik mengalihkan perhatiannya atau bersikap tegas dengan memberikan konsekuensi dengan tindakan, misalnya menghentikan aktifitasnya dan membuatnya diam sejenak di tempat yg berbeda.
  4. Tangkap perasaan anak, misalnya dengan mengatakan : “kakak kesal yaa..sini nak peluk mamah…kakak cerita yaa apa yang bikin kamu kesal?” dengarkan anak cerita dan bilang padanya “iya mamah mengeri kenapa kamu kesal…tapi kamu tetap tidak boleh memukul teman kamu karna memukul itu membuat orang jadi sakit”. cara ini bisa mengajarkan anak untuk belajar cara menyampaikan perasaannya.
  5. Ajari anak untuk berani mengeluarkan  perasaannya, kenali ia dengan kata tidak mau, tidak boleh, hentikan dan sebagainya.
  6. Semarah apapun kita tidak dibenarkan memukul atau  mencubit sebagai cara mendisiplinkan anak karena anak akan semakin menyakini klu tindakan kekerasan itu wajar untuk menyatakan ketidak nyamanan, oleh karena itu tidak perlu malu untuk meminta maaf pada anak bila tindakan kita salah.
  7. Terakhir, dalam membesarkan anak bukan hanya mengasuh dan menyediakan kebutuhannya saja tapi kehadiran dan peran serta orang tua dalam hal mendampingi, mendidik dan mengajari banyak hal adalah sangat penting utk tumbuh kembang anak.
mudah2an anak2 kita menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan menjadi penyejuk hati kita amien…
Sumber : http://www.infoanak.com/mengatasi-anak-galak/