.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Jumat, 03 Juni 2016

5 Langkah Jauhkan Anak dari Pelecehan Seksual

Beberapa waktu terakhir, Bunda tentu sering mendengar berita tentang pelecehan pada anak. Ya, kasus pelecehan pada anak, terutama seksual, memang sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Indonesia. Dengan adanya kasus-kasus tersebut, sudah saatnya Bunda membekali si kecil dengan pengetahuan sejak dini tentang menjaga diri sendiri.
Pelecehan seksual tidak hanya mengintai anak-anak, tapi juga balita. Pelakunya pun tidak hanya orang asing, tapi juga orang yang dekat dengan korban. Lantas, bagaimanakah peran Ayah dan Bunda dalam mencegah hal ini terjadi pada si kecil? Berikut adalah 5 langkah penting dalam mencegah pelecehan seksual pada anak yang bisa dilakukan:
  1. Kenalkan nama-nama bagian tubuh anak
    Pada usia 3 tahun, si kecil sudah harus memahami nama-nama bagian tubuhnya. Bunda tidak perlu sungkan untuk mengenalkan nama alat genitalnya dengan istilah yang sesungguhnya. Misalnya, “penis” untuk anak laki-laki dan “vagina” untuk anak perempuan. Pembiasaan menggunakan istilah yang sesungguhnya ini dapat membantu si kecil berkomunikasi dengan orang dewasa saat sesuatu terjadi pada alat vitalnya.
  2. Ajarkan mana yang boleh, mana yang tidak
    Si kecil juga harus memahami tentang konsep privasi, yaitu bahwa tidak semua orang boleh melihat dan menyentuh bagian tubuhnya. Bagian yang tidak boleh dilihat dan disentuh sembarang orang adalah mulut, dada, pantat, dan kemaluan serta bagian di sekitar paha. Beritahu pula mengenai siapa saja yang boleh melihat dan menyentuhnya serta dalam situasi apa. Misalnya, Ayah dan Bunda boleh menyentuhnya saat memandikan atau membantu si kecil membersihkan diri usai buang air. Selain itu, dokter juga boleh menyentuh kemaluannya ketika si kecil diperiksa, namun tentu saja dengan didampingi Ayah atau Bunda.
  3. Ajarkan jenis-jenis sentuhan
    Ada 3 jenis sentuhan yang perlu diketahui oleh anak. Pertama, sentuhan baik dan boleh, yaitu sentuhan pada bagian tubuh atas karena kasih sayang seperti membelai kepala dan mencubit pipi secara lembut. Kedua, sentuhan waspada, yaitu sentuhan pada bagian dada hingga lutut si kecil. Ketiga, sentuhan tidak baik dan terlarang, yaitu sentuhan pada bagian alat vital si kecil. Bila ada yang melakukannya, mintalah si kecil untuk berani menolak dengan tegas dan berkata “Jangan sentuh!”
  4. Ajarkan untuk selalu berhati-hati
    Bukan untuk menakut-nakuti, tapi peran Ayah dan Bunda adalah termasuk mengajari si kecil untuk selalu waspada terhadap orang asing dan lingkungannya. Si kecil sebaiknya tidak sembarangan berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal, baik di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermainnya. Jika ada orang asing yang melakukan hal tidak baik, beritahu bahwa si kecil harus segera lari ke tempat yang ramai, teriak minta tolong, dan mengadu pada orang yang dapat dipercaya, seperti orang tua dan guru.
  5. Biasakan berpakaian sopan
    Membiasakan anak berpakaian sopan sejak dini dapat membantu mengajarinya tentang bagian tubuh mana yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. Selain itu, pakaian yang sopan juga dapat mengurangi risiko si kecil terhadap perilaku tak senonoh dari pelaku pelecehan.
Di samping kelima langkah di atas, peran Ayah dan Bunda dalam menjauhkan kekerasan seksual pada si kecil juga termasuk dengan sering mengajaknya mengobrol dan memeriksa kondisi tubuhnya. Perhatian serta peran Ayah dan Bunda sungguh berarti bagi keselamatan si kecil.
Sumber:
ayahbunda.co.id
underwearrule.org
fan.or.id

Rabu, 11 Mei 2016

Yang Harus Diperhatikan Orangtua Dalam Memilih Sekolah Anak

Apakah saat ini anda sudah berencana untuk menyiapkan anak anda memasuki dunia sekolah? Atau anda sudah menentukan sekolah sebagai tempat anak anda belajar? Menyiapkan pendidikan anak adalah mutlak tanggungjawab orangtua dan ini sangat penting karena menyangkut masa depan anak anda.

Anda sebagai orangtua tentu tak ingin sembarangan mencari sekolah untuk sang buah hati. Karena, memilih sekolah yang tepat, terutama taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD), merupakan sebuah “investasi jangka panjang” bagi masa depan anak-anak anda.

Banyak sekali pilihan sekolah anak saat ini dengan beragam program dan vasilitas yang ditawarkan. Pada masa sekarang ini, pilihan orang tua tentang sekolah tak cuma soal biaya dan jarak tempuh dari rumah seperti yang dilakukan orangtua kita dulu saat memilihkan sekolah untuk kita. Pemilihan sekolah untuk anak, khususnya di kota-kota besar tak sesederhana itu lagi meski keduanya juga masih tetap menjadi faktor pertimbangan utama.

Jaman dahulu pilihan sekolah cuma ada dua, negeri atau swasta. Tapi saat ini anda akan sering mendengar ragam sekolah, seperti sekolah unggulan, sekolah internasional, sekolah berbasis agama, sekolah dengan asrama, sekolah alam, sekolah bilingual, atau kombinasi antara dua dan tiga kategori ini. Bahkan sekolah asingpun mulai bermunculan bukan hanya di kota-kota besar saja.

Lantas, sekolah mana yang harus anda dipilih? dan hal apa sajakah yang perlu diperatikan orangtua dalam memilih sekolah untuk anak? Berikut penjelasanya.

1. Mengedepankan kemampuan verbal dan kreatifitas anak.
Menurut psikolog dan pengamat pendidikan anak, Seto Mulyadi, mengatakan bahwa ragam sekolah yang muncul saat ini, sebenarnya bermaksud untuk menjawab harapan orangtua yang tidak terpenuhi dari sekolah publik yang sudah ada sebelumnya. Pada umumnya, sekolah-sekolah alternatif baru itu menawarkan konsep yang sama, yaitu mengedepankan kemampuan verbal anak dan mengasah kreatifitas anak.

Namun, Kak Seto mengingatkan kepada para orang tua untuk tidak hanya tertarik dengan iming-imingi promosi program unggulan ini dan itu di suatu sekolah. Menurutnya, ditengah tawaran-tawaran yang menggiurkan, orangtua harus memegang prinsip "memilih sekolah untuk anak, bukan anak untuk sekolah.

2. Kenali kebutuhan anak.
Pada intinya adalah kenali kebutuhan anak Anda dan carilah sekolah yang membuat anak anda bisa belajar dengan menyenangkan dan tidak stres karena terbebani dengan serangkaian program mata pelajaran. Anak pun perlu dilibatkan dalam mencari sekolah.

3. Kenali guru pengajar.
Pilih sekolah yang guru-gurunya memiliki ‘unconditional love’. Artinya, guru-guru di sekolah tersebut bisa menerima setiap anak apa adanya, dan bisa mengembangkan lingkungan yang disiplinnya positif. Sekolah tidak menuntut anak di luar kemampuannya, berusaha mengerti anak, dan mendorong anak untuk bisa dan bangga atas kemampuannya. Bukan dengan marah-marah atau memaksa anak untuk menyelesaikan lembar tugasnya.

4. Jangan paksakan anak.
Selain itu, jangan paksakan anak bersekolah bila belum cukup umur.Orang tua perlu mempertimbangkan usia dalam memutuskan anak sudah perlu pendidikan formal atau belum. Anda mungkin melihat anak sudah lebih cerdas daripada anak seusianya sehingga merasa perlu menyekolahkannya. Namun, bisa jadi itu bukan pertimbangan yang baik untuk masa depannya. 
sumber :  http://panduankeluarga.blogspot.co.id/2015/09/tips-memilih-sekolah-anak.html

Jumat, 15 April 2016

5 Kesalahan Orangtua Saat Memberi Instruksi kepada Anak

Liputan6.com, Jakarta Bagi orangtua, memberi perintah atau instruksi kepada anak bukan hal yang mudah dilakukan. Jawaban yang sering orangtua dapatkan adalah 'Sebentar!" atau malah tidak mendapatkan respon sama sekali, dan hal ini sering membuat frustrasi. Pada akhirnya, orangtua akan melakukan sendiri tugas yang ia perintahkan, atau memilih untuk berteriak atau mengomel untuk membuat anak patuh.

Jika Anda selalu butuh beberapa kali instruksi untuk membuat anak Anda patuh dan melakukan apa yang Anda instruksikan, mungkin Anda perlu melihat kembali cara Anda berkomunikasi dengan anak. Ada beberapa kesalahan umum yang orangtua lakukan yang membuat anak tidak mendengarkan Anda. Dikutip dari situs Discipline.about.com pada Rabu (12/4/2016), berikut 5 hal yang harus Anda perhatikan.
1. Jangan memberikan terlalu banyak instruksi
Orangtua cenderung memberikan terlalu banyak perintah pada anak dalam satu hari mulai dari 'ambil kaus kakimu," atau 'makan yang benar' dan banyak perintah lainnya. Semakin sering anak bertingkah laku yang tidak seharusnya, semakin banyak ia menerima instruksi dari orangtuanya. Jika Anda terlalu sering mengomel, kata-kata yang Anda ucapkan hanya akan terdengar seperti suara bising di telinga sang anak. Jangan mengomel pada anak karena hal-hal sepele, pilih hal-hal penting saja saat ingin memberikan instruksi pada anak.
2. Anda tidak memberikan instruksi yang jelas
Kata-kata yang Anda ucapkan sangat penting. "Bisakah kamu menggosok gigimu sekarang?" menyiratkan bahwa sang anak punya pilihan untuk menggosok giginya pada saat itu juga atau pada waktu lain. "Gosok gigimu sekarang, oke?" memberikan instruksi yang lebih tepat dan jelas. Berikan instruksi yang menunjukkan bahwa Anda adalah orangtua yang harus didengarkan, namun dengan cara yang tenang dan tegas.
3. Anda terlalu banyak mengulang instruksi
Terus menerus mengulang perintah dan mengomel justru membiasakan anak bahwa ia tak harus melakukan apa yang Anda katakan langsung setelah ia mendengar perintah tersebut pertama kalinya. Anak akan terbiasa dengan perintah yang berulang-ulang dan merasa bahwa ia tak harus mendengarkan Anda jika Anda baru sekali bicara. Jika anak tidak langsung mengerjakan apa yang Anda perintahkan, berikan ia peringatan. Jangan biarkan anak mengabaikan kata-kata Anda meskipun Anda baru mengucapkannya satu kali.
4. Anda tidak memberikan konsekuensi
Jika Anda memerintahkan anak Anda untuk menggosok gigi dan ia tidak mendengarkan Anda, Anda harus memberikan konsekuensi. Jika tidak, ia akan menganggap bahwa ia tak harus melakukan apa yang Anda perintahkan kepadanya. Peringatan tanpa adanya hukuman juga tak akan bekerja efektif. Jika anak tidak kooperatif, berikan hukuman kecil yang akan membuatnya mengerti bahwa akan konsekuensinya jika ia tidak melakukan perintah orangtuanya.
5. Anda tidak memberikan penghargaan kepada anak
Perhatian dan penghargaan sangat penting untuk membuat anak merasa termotivasi untuk melakukan instruksi atau perintah dari orangtuanya. Anda tak harus selalu memberinya hadiah setiap dia melakukan perintah dari Anda, namun penghargaan dan apresiasi sangat diperlukan. Afirmasi dari orangtua akan membuat anak termotivasi untuk berperilaku baik dan mengikuti instruksi.
Sumber :  http://lifestyle.liputan6.com/read/2482715/5-kesalahan-orangtua-saat-memberi-instruksi-kepada-anak?ref=yfp

Jumat, 26 Februari 2016

Anak Suka Melawan Orang Tua? Begini Cara Mengatasinya!

Saat anak berusia antara 2 sampai 5 tahun, kemampuannya untuk melawan dan kegigihannya untuk keras kepala merupakan hal yang lumrah terjadi. Hal ini merupakan fase yang sangat alami, terutama pada masa pertumbuhan kejiwaan anak. Hal tersebut terjadi karena anak mulai menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dan tidak bergantung dari orang tua atau manusia lain di sekitarnya.

Kebiasaan anak yang suka melawan juga tidak hanya terjadi akibat fase tersebut. Anak bisa saja meniru kebiasaan buruk orang tuanya yang juga keras kepala, atau anak terbiasa dimanja secara berlebihan oleh orang tuanya. Tidak ada kasih sayang yang menyeluruh dari orang tua juga bisa berakibat pada perkembangan psikologis yang sama. Jika kamu menghadapi masalah yang serupa, maka lakukan hal-hal berikut sebelum memarahi anak.

Melihat Kembali Diri Pribadi

Lihatlah diri kita sendiri, apakah sudah bisa menjadi contoh yang baik atau justru sama keras kepalanya dengan anak. Jika masih merasa diri ini paling benar, itu artinya kita masih menjadi orang tua yang keras kepala. Jadi, ubahlah perilaku kita sebelum mengubah perilaku anak.

Lebih Fleksibel

Saat menghadapi suatu kebutuhan anak, bersikaplah fleksibel sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan materinya saja tapi juga kebutuhan emosional yang berupa perhatian serta kasih sayang. Bagi anak, kebutuhan inilah yang paling penting.

Menyalurkan Hobi

Setiap anak pasti memiliki hobi yang berbeda-beda. Untuk itu, berikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan hobinya dan memperlihatkan pada semua orang bahwa dirinya memang layak untuk dihargai sebagai pribadi yang independen.

Bersikaplah Bijak

Memiliki anak yang pintar tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Namun, jangan terlalu banyak memujinya atau meninggikannya sehingga ia akan berpikir bahwa dirinyalah yang paling hebat. Perlakukan anak dengan bijak. Berikan pengarahan kepada anak mengenai betapa bagus bakat yang dimilikinya, namun lebih baik lagi jika dia juga memiliki sifat rendah hati pada orang di sekitarnya.

Hindari Mempermalukan Anak

Meskipun masih kecil, namun ada saatnya anak merasa dipermalukan oleh orang tuanya. Misalnya saja, memarahinya di hadapan umum atau membuat dirinya menjadi bahan tertawaan di hadapan orang lain. Hal ini perlu dihindari agar anak tidak merasa dirinya diremehkan.

Jangan Paksa Anak

Memaksa anak merupakan hal yang paling tidak disarankan. Jika ingin membuat anak menurut, berikan pengertian yang logis menurutnya sehingga ia bisa berpendapat bahwa perintah orang tuanya adalah hal yang baik.
Sumber :https://beritagar.id/artikel/parenting-and-education/anak-suka-melawan-orang-tua-begini-cara-mengatasinya

Rabu, 24 Februari 2016

Cara Mengenalkan Seks pada Balita

Siapa bilang pendidikan tentang seks baru anak perlukan setelah memasuki masa praremaja? Clara Kriswanto, psikolog Jagadnita Consulting, dalam bukunya Seks, Es Krim dan Kopi Susu, mengingatkan, pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia 0 - 5 tahun (masa balita). Dan proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir.

Mengapa hal ini penting? Pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan mempermudah anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif. Di sini peran orang tua benar-benar penting. Merekalah yang paling mengenal kebutuhan anak, paling tahu perubahan dan perkembangan diri anak, serta bisa memberi pendidikan seks secara alamiah sesuai tahap-tahap perkembangan yang terjadi. 

Bagaimana caranya mengajarkan hal ini setelah anak berusia di atas satu tahun? Inilah triknya:
- Ajak anak mengenali bagian tubuhnya, dan jelaskan fungsi setiap bagian dengan bahasa sederhana. Katakan bahwa tubuhnya adalah karunia yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik. 
- Bangun kebiasaan positif. Misalnya, tidak berganti baju di tempat terbuka, tidak pipis di sembarang tempat, dll. 
- Tanamkan pentingnya menjaga organ tubuh tertentu, seperti alat vital, dari sentuhan orang lain. Tentu saja, 
disertai penjelasan sederhana yang bisa  ia terima dan mengerti dengan baik.
- Biasakan anak berpakaian sesuai identitas kelaminnya sejak dini. Banyak kelalaian orang tua untuk hal ini. Mereka membuat anak perempuan menjadi tomboy dan anak laki-laki menjadi feminin. Dalam kondisi ekstrem, anak bahkan bisa mengalami kebingungan identitas seksual.

Hal-hal seperti itulah yang menurut Clara bisa dikembangkan menuju perilaku yang menjunjung sopan santun, serta peduli terhadap moral dan etika. Yang pasti pula adalah akan sangat berguna dalam pengembangan konsep dan citra diri positif anak dalam kehidupan sosialnya kelak.
Sumber :  http://www.parenting.co.id/balita/cara+mengenalkan+seks+pada+balita

Senin, 22 Februari 2016

Jangan Biarkan Gadget Rebut Quality Time Bersama Sikecil

Terkadang dengan segala kemudahan yang ditawarkan teknologi membuat sebagian orang lupa akan kehidupan nyata dan mengabaikan waktu berkualitas bersama orang terdekat. Khususnya bagi Anda orang tua yang memiliki anak.

Meski mobilitas smartphone mempermudah Anda untuk melakukan aktivitas, kadang kala semua itu menganggu quality time Anda dengan anak bahkan keluarga. Ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan agar waktu berkualitas Anda tidak terganggu.



Recconect

Aktivitas ini dirasa perlu dan harus Anda perhatikan. Luangkan waktu 10 menit saja bersamanya di rumah. Jika Anda seorang yang sibuk dengan aktivitas kantor maupun kegiatan luar, sesempat mungkin setelah sepulang ke rumah, ajak si anak bermain dengan Anda. Ketika ikatan antar orangtua dan anak semakin kuat, Anda pun bisa mendapatkan waktu berkualitas Anda kembali bersama si kecil.

Lebih Peka

Perhatikan waktu-waktu di mana ia memang butuh perhatian. Jadi ketika ia berulah dan mengajak Anda untuk bermain, Anda sudah tahu hal apa yang harus dilakukan. Jangan sekali-kali menganggap anak Anda untuk tenang dan diam duduk manis selagi Anda merasa letih. Toleransi terhadap anak akan membangun relasi yang kuat dengan ia. - See more at: http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/jangan-biarkan-gadget-rebut-quality-time-bersama-si-kecil.html#sthash.w6UKkgno.dpuf
Sumber :  http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/jangan-biarkan-gadget-rebut-quality-time-bersama-si-kecil.html#sthash.w6UKkgno.dpbs

Jumat, 19 Februari 2016

Cara Hindari Membentak Anak

Saat anak berulah, dan Anda tidak cukup sabar menghadapinya, sering sekali Anda berteriak sambil marah. Bagaimana menahan amarah?

Sering membentak anak juga menimbulkan efek yang tidak baik pada perkembangan sikapnya. Ia bisa meniru Anda dan akan berteriak sesuka hati baik kepada Anda maupun orang-orang di sekitarnya. Tentunya Anda tidak ingin anak bersikap demikian. Untuk itu sebaiknya hindari berteriak meskipun Anda sedang marah padanya.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperingatkan anak tanpa harus membentak dan berteriak:

Ajarkan anak bersikap
Jika anak mulai berulah, posisikan diri Anda setinggi anak Anda kemudian lihat matanya. Bicarakan baik-baik pada anak kalau sikapnya tidak baik dan harus diperbaiki. Ajarkan bagaimana seharusnya ia bersikap. Cara ini lebih mengena pada anak dibandingkan Anda berteriak untuk memperingatkannya.

Beri hukuman efektif
Jika cara di atas tidak berhasil dan malah membuat ulah anak semakin menjadi-jadi, mau tidak mau Anda harus memberikannya hukuman. Minta ia duduk di pojok hukuman selama beberapa menit, hingga emosinya dan Anda turun. Kemudian baru bicara baik-baik padanya, jangan lupa untuk mengungkapkan rasa sayang Anda padanya.

Berikan peringatan
Tekankan sampai tiga kali bagaimana seharusnya ia bersikap. Penelitian menunjukkan seseorang akan menanggapi serius sebuah peringatan jika disampaikan minimal tiga kali. Tanyakan juga alasan mengapa ia berulah, dengan begitu Anda bisa mengetahui penyebabnya. Anak pun merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Sumber : http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/cara+hindari+membentak+anak