.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Jumat, 26 Februari 2016

Anak Suka Melawan Orang Tua? Begini Cara Mengatasinya!

Saat anak berusia antara 2 sampai 5 tahun, kemampuannya untuk melawan dan kegigihannya untuk keras kepala merupakan hal yang lumrah terjadi. Hal ini merupakan fase yang sangat alami, terutama pada masa pertumbuhan kejiwaan anak. Hal tersebut terjadi karena anak mulai menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dan tidak bergantung dari orang tua atau manusia lain di sekitarnya.

Kebiasaan anak yang suka melawan juga tidak hanya terjadi akibat fase tersebut. Anak bisa saja meniru kebiasaan buruk orang tuanya yang juga keras kepala, atau anak terbiasa dimanja secara berlebihan oleh orang tuanya. Tidak ada kasih sayang yang menyeluruh dari orang tua juga bisa berakibat pada perkembangan psikologis yang sama. Jika kamu menghadapi masalah yang serupa, maka lakukan hal-hal berikut sebelum memarahi anak.

Melihat Kembali Diri Pribadi

Lihatlah diri kita sendiri, apakah sudah bisa menjadi contoh yang baik atau justru sama keras kepalanya dengan anak. Jika masih merasa diri ini paling benar, itu artinya kita masih menjadi orang tua yang keras kepala. Jadi, ubahlah perilaku kita sebelum mengubah perilaku anak.

Lebih Fleksibel

Saat menghadapi suatu kebutuhan anak, bersikaplah fleksibel sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan materinya saja tapi juga kebutuhan emosional yang berupa perhatian serta kasih sayang. Bagi anak, kebutuhan inilah yang paling penting.

Menyalurkan Hobi

Setiap anak pasti memiliki hobi yang berbeda-beda. Untuk itu, berikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan hobinya dan memperlihatkan pada semua orang bahwa dirinya memang layak untuk dihargai sebagai pribadi yang independen.

Bersikaplah Bijak

Memiliki anak yang pintar tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Namun, jangan terlalu banyak memujinya atau meninggikannya sehingga ia akan berpikir bahwa dirinyalah yang paling hebat. Perlakukan anak dengan bijak. Berikan pengarahan kepada anak mengenai betapa bagus bakat yang dimilikinya, namun lebih baik lagi jika dia juga memiliki sifat rendah hati pada orang di sekitarnya.

Hindari Mempermalukan Anak

Meskipun masih kecil, namun ada saatnya anak merasa dipermalukan oleh orang tuanya. Misalnya saja, memarahinya di hadapan umum atau membuat dirinya menjadi bahan tertawaan di hadapan orang lain. Hal ini perlu dihindari agar anak tidak merasa dirinya diremehkan.

Jangan Paksa Anak

Memaksa anak merupakan hal yang paling tidak disarankan. Jika ingin membuat anak menurut, berikan pengertian yang logis menurutnya sehingga ia bisa berpendapat bahwa perintah orang tuanya adalah hal yang baik.
Sumber :https://beritagar.id/artikel/parenting-and-education/anak-suka-melawan-orang-tua-begini-cara-mengatasinya

Rabu, 24 Februari 2016

Cara Mengenalkan Seks pada Balita

Siapa bilang pendidikan tentang seks baru anak perlukan setelah memasuki masa praremaja? Clara Kriswanto, psikolog Jagadnita Consulting, dalam bukunya Seks, Es Krim dan Kopi Susu, mengingatkan, pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia 0 - 5 tahun (masa balita). Dan proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir.

Mengapa hal ini penting? Pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan mempermudah anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif. Di sini peran orang tua benar-benar penting. Merekalah yang paling mengenal kebutuhan anak, paling tahu perubahan dan perkembangan diri anak, serta bisa memberi pendidikan seks secara alamiah sesuai tahap-tahap perkembangan yang terjadi. 

Bagaimana caranya mengajarkan hal ini setelah anak berusia di atas satu tahun? Inilah triknya:
- Ajak anak mengenali bagian tubuhnya, dan jelaskan fungsi setiap bagian dengan bahasa sederhana. Katakan bahwa tubuhnya adalah karunia yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik. 
- Bangun kebiasaan positif. Misalnya, tidak berganti baju di tempat terbuka, tidak pipis di sembarang tempat, dll. 
- Tanamkan pentingnya menjaga organ tubuh tertentu, seperti alat vital, dari sentuhan orang lain. Tentu saja, 
disertai penjelasan sederhana yang bisa  ia terima dan mengerti dengan baik.
- Biasakan anak berpakaian sesuai identitas kelaminnya sejak dini. Banyak kelalaian orang tua untuk hal ini. Mereka membuat anak perempuan menjadi tomboy dan anak laki-laki menjadi feminin. Dalam kondisi ekstrem, anak bahkan bisa mengalami kebingungan identitas seksual.

Hal-hal seperti itulah yang menurut Clara bisa dikembangkan menuju perilaku yang menjunjung sopan santun, serta peduli terhadap moral dan etika. Yang pasti pula adalah akan sangat berguna dalam pengembangan konsep dan citra diri positif anak dalam kehidupan sosialnya kelak.
Sumber :  http://www.parenting.co.id/balita/cara+mengenalkan+seks+pada+balita

Senin, 22 Februari 2016

Jangan Biarkan Gadget Rebut Quality Time Bersama Sikecil

Terkadang dengan segala kemudahan yang ditawarkan teknologi membuat sebagian orang lupa akan kehidupan nyata dan mengabaikan waktu berkualitas bersama orang terdekat. Khususnya bagi Anda orang tua yang memiliki anak.

Meski mobilitas smartphone mempermudah Anda untuk melakukan aktivitas, kadang kala semua itu menganggu quality time Anda dengan anak bahkan keluarga. Ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan agar waktu berkualitas Anda tidak terganggu.



Recconect

Aktivitas ini dirasa perlu dan harus Anda perhatikan. Luangkan waktu 10 menit saja bersamanya di rumah. Jika Anda seorang yang sibuk dengan aktivitas kantor maupun kegiatan luar, sesempat mungkin setelah sepulang ke rumah, ajak si anak bermain dengan Anda. Ketika ikatan antar orangtua dan anak semakin kuat, Anda pun bisa mendapatkan waktu berkualitas Anda kembali bersama si kecil.

Lebih Peka

Perhatikan waktu-waktu di mana ia memang butuh perhatian. Jadi ketika ia berulah dan mengajak Anda untuk bermain, Anda sudah tahu hal apa yang harus dilakukan. Jangan sekali-kali menganggap anak Anda untuk tenang dan diam duduk manis selagi Anda merasa letih. Toleransi terhadap anak akan membangun relasi yang kuat dengan ia. - See more at: http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/jangan-biarkan-gadget-rebut-quality-time-bersama-si-kecil.html#sthash.w6UKkgno.dpuf
Sumber :  http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/jangan-biarkan-gadget-rebut-quality-time-bersama-si-kecil.html#sthash.w6UKkgno.dpbs

Jumat, 19 Februari 2016

Cara Hindari Membentak Anak

Saat anak berulah, dan Anda tidak cukup sabar menghadapinya, sering sekali Anda berteriak sambil marah. Bagaimana menahan amarah?

Sering membentak anak juga menimbulkan efek yang tidak baik pada perkembangan sikapnya. Ia bisa meniru Anda dan akan berteriak sesuka hati baik kepada Anda maupun orang-orang di sekitarnya. Tentunya Anda tidak ingin anak bersikap demikian. Untuk itu sebaiknya hindari berteriak meskipun Anda sedang marah padanya.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperingatkan anak tanpa harus membentak dan berteriak:

Ajarkan anak bersikap
Jika anak mulai berulah, posisikan diri Anda setinggi anak Anda kemudian lihat matanya. Bicarakan baik-baik pada anak kalau sikapnya tidak baik dan harus diperbaiki. Ajarkan bagaimana seharusnya ia bersikap. Cara ini lebih mengena pada anak dibandingkan Anda berteriak untuk memperingatkannya.

Beri hukuman efektif
Jika cara di atas tidak berhasil dan malah membuat ulah anak semakin menjadi-jadi, mau tidak mau Anda harus memberikannya hukuman. Minta ia duduk di pojok hukuman selama beberapa menit, hingga emosinya dan Anda turun. Kemudian baru bicara baik-baik padanya, jangan lupa untuk mengungkapkan rasa sayang Anda padanya.

Berikan peringatan
Tekankan sampai tiga kali bagaimana seharusnya ia bersikap. Penelitian menunjukkan seseorang akan menanggapi serius sebuah peringatan jika disampaikan minimal tiga kali. Tanyakan juga alasan mengapa ia berulah, dengan begitu Anda bisa mengetahui penyebabnya. Anak pun merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Sumber : http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/cara+hindari+membentak+anak

Kamis, 18 Februari 2016

Penggunaan Gadget Pada Anak Ada Aturannya, Ini Dia

Bayi & Balita » Tumbuh Kembang  •   Vera Erwaty Ismainy
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, sedikit banyak memberi pengaruh pada berbagai aspek kehidupan kita, Moms. Salah satunya pada pola dan cara pengasuhan anak (parenting) yang dilakukan orang.


Dengan alasan anak takut ketinggalan perkembangan teknologi, orang tua saat ini cenderung mendekatkan anak dengan gadget. Alasan lainnya adalah agar anak belajar selama masa tumbuh kembangnya. Tapi apakah hal ini sudah tepat?

Psikolog Roslina Verauli mengatakan, mengenalkan gadget pada anak memang boleh-boleh saja. Tapi tentunya hal ini ada peraturan dan tata caranya. Hal ini dikarenakan, pengarug gadget dalam masa tumbuh kembang anak tidak terlalu signifikan.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini menjelaskan, belajar dari televisi, gadget dan video games kurang optimal, karena hanya bersifat satu arah. Sedangkan tumbuh kembang anak yang optimal membutuhkan interaksi dua arah antara si kecil dan ibunya.
"Sebuah rekomendasi dari Amerika Serikat mengatakan, waktu 1-2 jam sudah maksimal digunakan sebagai batas waktu penggunaan gadget pada anak," terangnya dalam sebuah diskusi pada Rabu (2/9).
Penting nih Moms untuk diingat. Soalnya terkadang kita suka lupa karena anak kita menjadi anteng saat kita berikan gadget. Padahal anak tetap butuh panduan dan dukungan dari ayah maupun ibunya untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal dan maksimal.
"Bukan berarti menggunakan gadget itu buruk. Asal ada aturannya, gadget dapat menjadi positif," kata Psikolog yang akrab disapa Vera ini.
Interaksi antara orang tua dan anak sangat penting dilakukan selama masa tumbuh kembang anak. Pada usia 0-6 tahun, anak mengalami perkembangan pesat pada otaknya dan siap mengeksplorasi banyak hal agar sel otaknya berkembang.
Sumber : http://family.fimela.com/bayi-balita/tumbuh-kembang/penggunaan-gadget-pada-anak-ada-aturannya-ini-dia-150903m.html