.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Senin, 30 Maret 2015

3 Tips Penting Pilih Sekolah untuk Anak

3 Tips penting pilih sekolah untuk anak – Pendidikan merupakan wahana untuk mewujudkan masa depan anak yang lebih baik. Melalui pendidikan juga akan ditentukan bagaimana generasi muda untuk sekian tahun yang akan datang. Namun demikian, kualitas pendidikan yang dilalui anak lebih menentukan warna dan corak generasi muda yang akan datang.
Setiap lembaga sekolah pasti akan menawarkan produk layanan yang eksklusif kepada orang tua. Berbagai media digunakan untuk mempromosikan sekolah dengan tujuan untuk memperoleh peserta didik baru sesuai target mereka. Embel-embelnya adalah pendidikan yang berkualitas untuk masa depan anak.
Orang tua maupun anak bisa kebingungan memilih salah satu sekolah tempat belajar anak. Habis, semuanya baik dan berkualitas. Lalu bagaimana cara memilih sekolah yang baik untuk anak? 
Memilih sekolah perlu mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya tepat bagi anak maupun orang tua. Ketepatan memilih sekolah untuk anak akan mendorong tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Anak merasa suka dan nyaman untuk belajar sehingga berpeluang memperoleh hasil belajar yang diinginkan.
1.Kemauan dan kemampuan anak.
Mempertimbangkan kemauan dan kemampuan anak sangatlah penting dilakukan oleh orang tua. Orang tua perlu mengetahui kemauan anak yang sesungguhnya sehingga tidak terkesan memaksakan kemauan orang tua untuk memilih sekolah. Begitu pula apakah anak mampu untuk bersekolah di tempat yang dipilihkan atau tidak. Memilihkan sekolah anak berdasar kehendak orang tua beresiko tidak baik kepada anak.
2.Kondisi ekonomi.
Seorang anak mungkin saja mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memilih sekolah tertentu namun perlu disesuaikan dengan keadaan ekonomi. Sekolah kategori mahal justru akan membuat orang tua kewalahan untuk membiayai anak. Yang perlu dipertimbangkan orang tua adalah biaya pendidikan yang menyangkut seragam sekolah, buku pelajaran, akomodasi, transportasi atau biaya tempat kost anak jika jauh dari rumah.
3.Pelayanan pendidikan di sekolah.
Poin ketiga ini sesungguhnya amat penting untuk dipertimbangkan oleh orang tua. Bimbing anak untuk memilih sekolah yang mengutamakan pengembangan sikap dan karakter baik untuk kepentingan masa depan anak. Sekolah yang mengedepankan aspek pendidikan moral, budi perti luhur, di samping aspek intelektual dan psikomotorik anak.
Indikasi sekolah dengan layanan pendidikan karakter, sikap dan budi perkerti luhur akan terlihat dari bagaimana proses belajar anak, penerapan disiplin sekolah dan disiplin belajar, tradisi dan kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari di sekolah. 
sumber: http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3d3dy5tYXRyYXBlbmRpZGlrYW4uY29tLzIwMTUvMDMvMy10aXBzLXBlbnRpbmctcGlsaWgtc2Vrb2xhaC11bnR1ay1hbmFrLmh0bWw=

Jumat, 27 Maret 2015

Usia Berapa Anak Siap untuk Sekolah?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para orang tua biasanya berharap bisa menyekolahkan anaknya sedini mungkin untuk mempercepat proses perkembangan kognitifnya. Karena itu, tak jarang kita menemukan anak-anak usia dini (3-5 tahun) yang sudah cukup mahir membaca dan berhitung. Namun, usia berapa sebaiknya anak-anak kita siap untuk disekolahkan?

Menurut psikolog Universitas Pancasila, Aully Grashinta, usia bukanlah faktor utama dalam memutuskan untuk menyekolahkan anak di usia dini. Sebab, usia 3-5 tahun merupakan masa bermain anak, di mana mereka sebenarnya berada dalam tahap perkembangan psikomotorik kasar yang melatih keseimbangan, konsentrasi, serta koordinasi tubuhnya.

Selain itu, pola pikir anak usia dini belum dalam tahapan menginginkan sekolah. “Mungkin anak-anak usia dini akan berkata, ‘Ma, aku ingin sekolah’, tapi sebenarnya mereka hanya sekadar mengatakan dan belum memahami apa itu sekolah,” ujar Shinta, Kamis (26/3).

Karena itu, Shinta mengatakan bahwa tidak ada ciri-ciri yang pasti untuk melihat bahwa anak kita sudah perlu untuk disekolahkan. “Bukan tergantung usia anak, tapi tergantung kita sebagai orang tua ingin mempersiapkan anak kita seperti apa,” lanjutnya.

Menurut Shinta, bisa jadi ayah dan ibu menyekolahkan anak di usia dini karena ingin melatih kedisiplinannya untuk bangun pagi atau melatihnya bersosialisasi dengan teman sebaya, sebelum ia cukup usia untuk masuk TK. “Kembali lagi, tergantung tujuan orang tua,” jelasnya.
Sumber  http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/15/03/26/nlsvyi-usia-berapa-anak-siap-untuk-sekolah

Rabu, 11 Maret 2015

Empat Langkah Mendidik Anak Berjiwa Sportif

TRIBUNNEWS.COM -Si kecil begitu aktif mengikuti banyak pertandingan olahraga di sekolah termasuk kompetisi kecerdasan.
Dalam suatu kompetisi, pasti ada kemenangan dan kekalahan. Untuk sebagian anak-anak, banyak belum bisa menerima kekalahan dengan cara yang bijak dan lapang dada. Tak sedikit yang merespon kekalahan dengan tangisan, mengamuk, dan sebagainya.
Di sinilah tugas orangtua untuk mengajarkan dan memberikan pengertian soal jiwa sportifitas pada sang buah hati. Seperti uraian berikut ini:
Berikan contoh yang baik
Ketika menonton sebuah pertandingan, jangan pernah menghina tim lawan. Cara ini mengajarkan anak bahwa menghina dan menyudutkan orang lain adalah hal yang lumrah. Sebaliknya, berikan tanggapan positif tentang tim lawan di depan anak Anda.
Berikan aturan dasar sportivitas
Orang yang paling bertanggung jawab untuk mengajarkan anak tentang sportivitas dan berjiwa lapang dada adalah orangtua.
Biarkan anak Anda tahu ekspektasi Anda mengenai cara memperlakukan lawan. Yakinkan anak Anda untuk tidak mengikuti teman-temannya yang mengejek tim lawan yang kalah.
Fokus pada pertandingan, bukan pada hasil
Ajarkan anak untuk fokus kepada pertandingan yang adil dan kerjasama tim. Jangan ajarkan anak untuk terobsesi dengan kemenangan semata.
Sebab, jika Anda mengajarkan anak untuk fokus pada hasil, maka saat dewasa dia akan memakai segala cara untuk memperoleh apapun yang mereka mau, tanpa mempertimbangkan dampak buruk dan baik.
Berikan anak pengertian kalah
Ketika anak kalah, jangan kelihatan bersedih, kecewa atau marah. Berikan dia dukungan dan semangat serta pengertian tentang kalah yang terhormat.
Ajarkan anak untuk memberikan selamat dan menghargai perjuangan tim lawan. Kemudian, bantu anak mengevaluasi pertandingan dengan mempelajari kesalahannya dan kekurangan si kecil.
Tularkan pengertian pada anak bahwa kalah adalah sebuah kondisi wajar dalam kehidupan. Sebab, berangkat dari kesalahan seseorang akan termotivasi dan menghargai sebuah kemenangan.
sumber  http://www.tribunnews.com/lifestyle/2015/03/11/empat-langkah-mendidik-anak-berjiwa-sportif?page=2