Satu hal yang harus dipahami
ketika memutuskan untuk menikah yaitu:
- Pernikahan adalah koalisi tanpa syarat
Tidak seperti koalisi partai yang selalu penuh dengan
persyaratan ini dan itu, pernikahan berdiri sebagai lembaga tanpa
syarat. Ketika akan memasuki pernikahan, satu hal yang harus kita sadari
dengan teramat sadar adalah bahwa komitmen dalam pernikahan adalah
‘komitmen cinta’ tanpa syarat. Di mana kita tidak akan pernah mendengar
kalimat “Aku akan tetap bertahan dalam pernikahan ini selama kau tidak
selingkuh” atau “Aku akan tetap menjadi istrimu selama kau berhasil
memenuhi kebutuhan hidupku” juga “Aku akan tetap menjadi suamimu selama
kau menjadi istri yang mau mengerti pekerjaanku”.
Tidak! Pernikahan
tidak memerlukan komitmen itu. Pernikahan harus tetap bertahan ketika
penghasilan suami kita tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup, bukankah
kita tidak menikahi penghasilannya? Atau ketika kita sudah mulai
memprotes pekerjaan suami yang terlalu menyita waktu padahal di awal
pernikahan kita terlihat cukup mengerti? Pernikahan yang membuat semua
masalah ada jalan keluarnya, karena ini koalisi, jadi tidak dipandang
dari salah satu sudut saja, tapi dari kedua belah pihak.
- Cintai pernikahannya, bukan cintai orangnya
Ketika memutuskan menikah dengan orang yang kita cintai, itu
berarti kita juga harus mencintai pernikahannya. Sehingga ketika terjadi
perubahan pada orang yang kita cintai dan membuat cinta itu memudar
perlahan, kita masih tetap bertahan dalam pernikahannya karena kita
mencintai pernikahan ini. Mencintai keluarga yang ada dalam pernikahan
ini, mencintai anak-anak, mencintai mimpi-mimpi dan mencintai tujuan
dari pernikahan ini.
Setiap orang pasti berubah, suami yang dulu kita kenal selalu
menomorsatukan kita di segala urusan kini menjadikan kita berada pada
urutan ke 4 misalnya di mana yang berada pada urutan ke 3 adalah
Arsenal, memang menyakitkan tapi toh juga banyak kan hal yang berubah
dari kita kan?
- Pernikahan bukan lembaran kertas tisu
Ketika kita memiliki pernikahan, itu seperti kita memiliki satu
selimut tidur kesayangan yang hangat dan nyaman, di mana ketika selimut
itu sobek, kita akan segera mencari jarum dan benang untuk menjahitnya
kembali sebelum sobekan itu melebar, ketika selimut itu berlubang, kita
akan segera mencari kain untuk menambalnya agar lubang itu tidak semakin
besar. Bahkan ketika selimut itu mulai bau, kita akan dengan cepat
mencucinya. Seperti itu layaknya pernikahan. Karena pernikahan bukan
selembar kertas tisu yang ketika sudah kotor atau sobek maka akan kita
buang dan menarik lembaran tisu yang baru. Dalam pernikahan, ketika kita
merusak sesuatu, kita harus memperbaikinya, bukan membuangnya.
- Divorce is not an option!
Perceraian
itu bukan pilihan, jadi jangan masukan perceraian pada pilihan hidup
kita. Daripada kita katakan “Kalau kamu tidak bisa mengerti saya, lebih
baik kita bercerai” kan lebih baik kita pikirkan “Jika dia sudah tidak
bisa lagi mengerti saya, maka saya yang harus memahami dia”, karena
daripada kita berusaha membuat pribadi lain mengerti kita, alangkah
lebih baik kalau kita yang berusaha memahami mereka.
Ketika menikahi orang yang benar-benar kita pilih sendiri, dan
menikah adalah keputusan kita dan suami dengan kesadaran penuh, maka
sejak saat itu kehidupan rumah tangga kita adalah konsumsi kita dan
suami saja. Selama itu bukan kekerasan dalam rumah tangga, ada baiknya
ketika terjadi masalah dan pengambilan sebuah keputusan adalah memang
benar keputusan kita. Boleh saja meminta masukan kepada orang lain, tapi
keputusan akhir ada pada kita. Mungkin beberapa orang akan langsung
mengatakan “Udahlah, cerai aja, kalau saya jadi kamu udah dari dulu saya
cerai kalau punya suami cemburuan begitu”.
Mommies, bukankah untuk mencintai pasangan hidup kita tidak sedang
meminjam hati mereka? Bukankah ketika melihat pasangan hidup kita juga
tidak sedang meminjam mata mereka?
Ada banyak hal baik yang tidak
orang-orang lihat pada pasangan kita tapi kita bisa melihat dengan
jelas, ada banyak kebaikan yang bisa kita rasakan dilakukan oleh
pasangan kita tapi orang lain tidak bisa merasakannya. Jadi keputusan
apapun itu, tetap bertahan pada pernikahan atau mengakhirinya, pastikan
bahwa keputusan itu diambil sebagai hasil meeting hati dan otak kita,
perasaan dan pikiran.
Sumber : https://id.she.yahoo.com/perceraian-bukan-pilihan-154359946.html