.

STOP Kekerasan dalam keluarga CIPTAKAN SUASANA NYAMAN DALAM KELUARGA

Jumat, 28 Desember 2012

Peran Orangtua Bantu Anak Bersosialisasi

Ghiboo.com - Kepekaan seorang anak terhadap lingkungan sosial sebaiknya sudah dibina sejak anak tersebut masuk pada tahap pra-sekolah.

Seperti yang kita tahu lingkungan sosial akan banyak mempengaruhi aspek perkembangan anak seperti yang dikatakan oleh psikolog, Sautnauli Bertina Napitupulu.

Bahkan kemampuannya beradaptasi dilingkungan sosial bersama teman sepermainan ataupun di lingkungan baru merupakan salah satu faktor pendukung seorang anak dapat berhasil dalam mengaktualisasikan seluruh kemampuannya.

Karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menunjang kemampuan anak dalam bergaul atau bersosalisasi.

Orang tua akan menjadi orang pertama yang menentukan apakah anak tersebut mampu bersosialisasi dan beradaptasi. Sebagai contoh ketika anak masuk sekolah di hari pertama anak akan merasakan ketegangan yang luar biasa dan tidak ingin ditinggal orang tuanya.

Kejadian ini bisa saja terjadi jika orangtua tidak terlalu inisiatif mengajarkan kemandirian di lingkungan permainan kecil dan pada akhirnya masuk kelingkungan yang lebih besar. Karena itu orang tua diharapkan dapat terus membimbing anak dengan baik dan berikan perhatian penuh disetiap perkembangannya.
Sumber : http://id.she.yahoo.com/peran-orangtua-bantu-anak-bersosialisasi-050000643.html

Rabu, 26 Desember 2012

Biarkan Anak Bermain

Ghiboo.com - Belajar bukan hanya dari bangku pendidikan. Anak dapat mengembangkan diri dan belajar dari arena permainan. Namun yang diajarkan orang tua adalah makna permainan.

"Sebuah teori menjelaskan bahwa dalam bermain yang terpenting adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya," ujar Fabiola Priscilla, M. Psi, Psikolog Anak dari Klinik Pela 9 Bintaro di Jakarta, Minggu (15/7).

Hal ini, kata Fabiola, merupakan proses belajar agar anak dapat total dalam bereksperimen mencoba perilaku baru dan menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Fabiola mencontohkan, dalam permainan kombinasi Row the Boat misalnya, seorang anak harus memanjat lalu meluncur ke kolam bola. Ada juga permainan Mini Flying Fox, kemudian permainan perahu, yang mengajarkan anak keberanian, kegigihan dan sikap tidak mudah menyerah.

Kebiasaan seperti ini, membuat anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya dapat mengimplementasikan nilai positif sebagai bentuk ketekunan dalam menuntaskan tugas hingga selesai, berani mencoba hal baru, dan memiliki motivasi meraih hal yang diinginkan.

"Penerapan ini semua tentunya perlu pendampingan dari orangtua, karena anak akan merasa lebih percaya diri dengan keterampilan yang mereka miliki," tukas Fabiola.
Sumber : http://id.she.yahoo.com/biarkan-anak-bermain-082803016.html

Senin, 17 Desember 2012

Prilaku Orangtua yang Membuat Anak Stress

Ghiboo.com - Anak-anak juga bisa stress karena perlakuan orang tua.

Sosok orang tua haruslah hangat dan dapat memberikan kasih sayang secara penuh kepada sang anak.

Bila anak stress dengan perlakuan orang tua ini akan membuat hubungan antara anak dan orang tua menjadi buruk.

Berikut ini beberapa prilaku orang tua yang dapat membuat anak stress, seperti yang dijelaskan oleh Psikolog dari FAME, Yuvita Fandy, M.Psi:

1. Orang tua lebih banyak melarang daripada memberitahu apa yang dapat dilakukan oleh sang anak. misalnya melarang bermain diluar rumah sehingga anak merasa seperti di penjara dan tidak memiliki teman.

2. Menerapkan peraturan yang kaku tanpa memberikan penjelasan terhadap anak. Dalam hal ini mungkin orangtua ingin belajar disiplin, namun anak akan merasa sangat diatur dan tidak bisa mengembangkan diri.

4. Menuntut anak untuk memiliki prestasi yang lebih baik. Dalam kasus ini orangtua seharusnya memberikan pujian terlebih dahulu kepada anak, tanyakan pada anak begaimana usahanya mendaptkan nilai tersebut. Lalu kemudian ortu dapat menambahkan semangat kepada anaknya untuk lebih meningkatkan prestasinya.

5. Orang tua membandingkan anak dengan Kakak, adik, saudara atau temannya. Anak memiliki keuunikannya masing-masing Kelebihan dan kekurangannya juga berbedda-beda. Jadi jangan pernah membandingkan anak lain karena mereka memiliki kelebihan tersendiri.

6. Tanpa sadar orangtua memberikan lebel negatif pada anak seperti, bodoh, nakal dan malas. hal ini akan membuat anak merasa seperti apa yang dikatakan oleh orangtunya dan membuat sang anak jadi kurang percaya diri.
Sumber : http://id.she.yahoo.com/prilaku-orangtua-yang-membuat-anak-stress-092804802.html

Minggu, 16 Desember 2012

Anak Gemar Video Porno Potensial Jadi Pecandu Seks


TEMPO.CO, London - Akses mudah pada pornografi, terutama secara online dan pendidikan seks yang buruk, harus disalahkan untuk remaja yang menderita kecanduan seks, kata terapis kecanduan seks, Paula Hall. Ia menyatakan, hampir setengah dari mereka yang menderita kecanduan umumnya pertama bersinggungan dengan pornografi sebelum mereka berusia 16 tahun.
Dampingi anak saat mereka berinternet.
Survei yang dilakukannya menemukan 40 persen remaja yang menggemari tayangan pornografi sebelum usia 12 tahun. Sebanyak 90 persen dari mereka kemudian mengalami kecanduan seks setelah 16 tahun.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti perpisahan orang tua, sekolah yang memisahkan siswa laki-laki dan perempuan, serta pendidikan seks yang minim juga turut berkotribusi. Dan hampir setengah dari mereka yang disurvei pernah mengalami semacam pelecehan atau penyerangan seksual.

Survei Hall terhadap penderita kecanduan seks dilakukan untuk buku barunya, "Understanding and Treating Sex Addiction". Dia mendefinisikan kecanduan seks sebagai perilaku seksual di luar kontrol yang menyebabkan masalah dalam kehidupan seseorang. Bintang seperti Russell Brand bahkan pernah mengaku kecanduan seks sehingga hampir menghancurkan kariernya.

Survei ini juga menyoroti perbedaan sikap antara pria dan wanita tentang kecanduan seks. Secara substansial laki-laki lebih cenderung mencari bantuan pengobatan daripada wanita. Persentasenya, sebanyak 57,3 persen laki-laki mencari bantuan profesional untuk menyembuhkan kecanduannya, sedangkan perempuan hanya 38,3 persen.

Enam puluh lima persen dari mereka yang disurvei berjuang dengan perasaan harga diri yang rendah dan hampir setengah mengalami masalah kesehatan mental. Hampir setengah responden mengaku kehilangan pasangan karena perilaku mereka dan seperempat mengatakan kecanduannya berpengaruh pada fungsi seksual mereka.

Sumber :

Jumat, 14 Desember 2012

Agar Anak Tak Terluka Akibat Perceraian

Ketika rumah tangga berakhir, anak kadang menjadi korban. Namun, dengan arahan yang bijak dari orang tua, sebenarnya perceraian tak harus membuat anak tumbuh dalam ‘luka’ dan duka.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk meminimalkan ‘luka’ dan duka yang terjadi pada anak.
  1. Konseling ke psikolog. Psikolog adalah kubu netral yang mampu memberikan solusi bijak dan mendinginkan pasangan yang umumnya sedang dalam kondisi panas. Di sinilah ajang keduanya melakukan proses perdamaian. Misalnya tetap pada keputusan berpisah, psikolog ini juga akan membantu orang tua merancang kata-kata tepat sehingga memberikan penjelasan yang dimengerti dan tak menyakiti hati anak.
  2. Memberikan penjelasan bahwa perpisahan yang terjadi adalah murni masalah orang tua, bukan karena anak. Masalah yang terjadi sebaiknya tak ditutupi, namun dibeberkan secara ringkas, sehingga anak tak lagi menebak-nebak. Selain itu, perlu ditekankan kepada anak, perceraian tak akan membuat anak kehilangan cinta dan perhatian dari orang tuanya. Selain itu, ketika berbicara dari hati ke hati dengan anak, sebaiknya Anda tidak memberikan ‘janji-janji surga’. Umbarlah janji yang logis dan memang bisa dipenuhi sehingga anak tak sakit hati di kemudian hari.
  3. Tidak menjelekkan dan menunjukkan perasaan sakit hati kepada pasangan di hadapan anak. Anda harus ingat bahwa masalah yang terjadi adalah antara Anda dan pasangan. Anak tidak terlibat sama sekali. Risiko anak mengalami stres sangat besar bila ia merasa terimpit di antara masalah dua orang yang dicintainya.
  4. Tidak masuk ke relasi intim dengan pasangan baru dalam waktu singkat. Anak akan merasa dikhianati dengan kedatangan ‘wajah baru’. Jika hal ini terjadi, anak akan merasa posisinya tidak aman. Akibatnya, timbul rasa benci pada orang tua yang sudah memiliki pasangan baru dan si pasangan barunya. Sebelum mulai berhubungan intensif dengan pria baru, sebaiknya Anda beri anak waktu minimal setahun. Kalau Anda merasa sudah klop dengan pasangan baru dan merasa sudah saatnya dikenalkan ke anak, sebaiknya pertemuan dilakukan di tempat umum dan dalam suasana santai. Saat itu Anda bisa melihat reaksi anak, apakah ia sreg atau tidak. Jika terlihat sreg, tunggulah sampai beberapa waktu, barulah mengajak pasangan bertandang ke rumah. Yang harus dicamkan oleh orang tua, meskipun sudah ada orang baru, relasi hubungan dengan anak tidak boleh berubah. (f) Sumber : http://www.femina.co.id/isu.wanita/anda.pria/agar.anak.tak.terluka.akibat.perceraian/005/003/14

Rabu, 05 Desember 2012

Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara

Jika Anda punya anak tunggal tentu tidak akan mengalami masalah ini. Tetapi jika Anda punya 2 orang anak atau bahkan lebih, maka ini adalah sesuatu yang bisa membuat kepala Anda pusing, bahkan bisa membuat Anda histeris mungkin. Banyak orang tua sering mengeluhkan, saya nggak abis pikir dia itu bisa mengirikan kakaknya atau bagaimana dia bisa mengirikan adiknya. “Kan saya sudah berlaku adil terhadap mereka” ungkap orang tua pada umumnya. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah ini? Persaingan antar saudara mau tidak mau pasti terjadi. Ini adalah sebuah masalah untuk menunjukkan jati diri dari masing-masing anak. Setiap manusia bahkan anak-anak ingin dirinya dianggap sebagai sosok individu yang special. Nah,inilah yang terjadi pada anak-anak kita.
Seorang kakak dipuji karena ia pandai menggambar misalkan, pandai berhitung misalkan. Nah, si adik tentunya juga ingin dipuji, tetapi bukan terhadap hal yang sama mungkin. Mungkin ia akan merasa bahwa, “ah.. saya tidak mungkin bersaing disitu karena kakak saya lebih bagus” atau “adik saya lebih bagus”. Maka ia akan mencari bidang yang lain. Jika Anda tidak tanggap terhadap hal ini, inilah yang akan memicu persaingan itu jadi semakin sengit. Seringkali orang tua mengatakan “aduh..hebatnya kamu”. Nah, ketika ia mengatakan ini di depan adik atau kakak maka adik atau kakak tersebut bisa jadi akan merasa tersinggung, “Koq dia yang dipuji, saya koq tidak”.Bagaimana mengatasi hal ini? Inilah caranya:

1. Sederhana sekali, misalkan Anda berhadapan dengan anak nomor 1 dan Anda ingin memuji dia. Anda bisa mengatakan seperti ini, “Wah.. hebat nih, bagus sekali gambar kamu, sama ya seperti juga gambar adik”. Anda memuji anak Anda yang nomor 1, tetapi Anda juga memuji adiknya. Atau sebaliknya Anda berhadapan dengan anak Anda yang nomor 2 dan di dekatnya ada anak nomor 1. Anda mengatakan, “nah.. ini nih baru anak mama hebat sama seperti kakaknya”. Kebanyakan yang di lakukan para orang tua adalah memuji secara personal anak yang bersangkutan. Misalkan seorang adik bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan baik, kebanyakan orang tua langsung memujinya “nah.. gitu hebat”. Nah, jika anak yang pertama Anda diam, bukan berarti dia tidak punya perasaan apapun disana. Jika ini sering terjadi dibawah sadarnya dia akan merasa bahwa, “ah.. papa atau mama sayangnya hanya sama adik, sama saya tidak”. Ini bisa terjadi, jadi berhati-hatilah terhadap hal tersebut. Jika Anda memuji anak Anda, pastikan jika ada anak lain disana puji anak tersebut secara tidak langsung. Jika tidak ada anak lainnya Anda boleh sampaikan pujian Anda secara personel pada anak tersebut.

2. Masalah yang lain adalah kurangnya waktu pribadi dengan masing-masing anak. Suatu hari saat selesai sebuah seminar, seorang bapak menghampiri saya dan mengatakan bahwa dia punya permasalahan untuk mengatasi persaingan antara anak-anaknya. Dia punya 2 orang anak dan dia mengatakan bahwa dia sudah bersikap adil pada mereka semua. Bahkan mereka selalu keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga, tetapi mengapa hal ini masih bisa terjadi. Kemudian saya bertanya pada sang bapak ini. “Pak, apakah bapak pernah mengajak salah seorang anak saja untuk pergi keluar bersama bapak sendiri. Atau mungkin bersama bapak dan ibu”. “Itu tak pernah terjadi selama 13 tahun saya menikah dan saya berkeluarga. Kita selalu pergi bersama-sama”. Nah, inilah masalahnya. “Loh.. koq bisa?” kata bapak itu terkejut, mungkin Anda bisa juga mengatakan oh.. bukankah itu juga hal yang bagus? Keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Bukankah itu menjalin sebuah kebersamaan. Ya, itu memang menjalin sebuah kebersamaan, tetapi anak Anda juga memerlukan sesuatu yang lain lagi. Dia ingin dianggap sebagai individu yang special. Ketika Anda keluar hanya dengan salah satu anak saja, katakanlah dengan anak nomor 1 saja kali ini, maka dia akan merasa bahwa dirinya special. Ia akan merasa bahwa dirinya adalah yang diperhatikan untuk saat itu. Lain kali Anda keluar dengan anak nomor 2 saja dan dia akan merasa bahwa dia juga diperhatikan. Karena sebagai anak nomor 2, hal yang yang sering terjadi adalah dia akan selau merasa sebagai nomor 2, karena memang itulah kenyataannya. Dia tidak akan pernah merasakan kapan jadi nomer 1. Nah, sampai dia tua pun si kakak pasti jadi nomor 1 dan ia jadi nomor 2, bukankah seperti itu. Karena itu Anda perlu mengantisipasi perasaan ini, dengan cara menjadikannya nomor 1 pada satu waktu tertentu. Ajak dia keluar, istimewakan dia, buat dia merasa bahwa “yes.. sekarang saya nomor 1″. Imbangi dengan sebuah nasehat bahwa kakaknya juga penting. Katakan kepada anak Anda yang nomor 2 misalkan pada saat Anda mungkin mengajaknya makan di restaurant, “hey.. kalau kita belikan kakak makanan kesukaanya bagaimana? nanti kamu yang kasih oke”. Disini Anda membuatnya merasa penting, tetapi Anda juga membuatnya untuk mempunyai rasa perduli pada saudaranya sendiri.

Nah, itu adalah hal-hal yang kecil yang anda perlu lakukan agar persaingan-persaingan seperti ini tidak mencuat jadi sebuah isu yang panas di keluarga Anda. Lakukan hal ini sejak mereka masih kecil. Wah kalau anak saya sudah besar sekarang bagaimana? Anda masih punya waktu untuk melakukannya sekarang. Perbaiki semuanya dan Anda akan melihat hubungan mereka akan jauh lebih baik lagi dan sebagai sebuah keluarga akan sangat kokoh dan sangat kuat.

Salam
Timothy Wibowo
Sumber : http://www.pendidikankarakter.com/cara-ampuh-mengatasi-persaingan-antar-saudara/

Senin, 03 Desember 2012

Perempuan dan Anak Paling Rentan Tertular HIV

Ghiboo.com - Kasus HIV di Indonesia umpama fenomena gunung es. Artinya kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya di masyarakat.

Menurut Laporan Situasi HIV dan AIDS Kemkes, jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia meningkat tajam dari 7.195 di tahun 2006 menjadi 76.879 di tahun 2011.

"Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS mendukung semakin tingginya angka penularannya," ungkap Drg. Ida Suselo Wulan, MM dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (1/12).

Menurutnya, perempuan dan anak paling rentan terkena penularan HIV/AIDS. Penularan HIV melalui seks berisiko masih menjadi penyebab utamanya.

Dalam laporan bulan Januari hingga Maret 2012 Kemkes diketahui presentase penularan dari ibu positif HIV ke anak sebanyak 5,1 persen. Kebanyakan perempuan tertular dari pasangannya, kemudian diwariskan kepada anaknya.

Drg. Ida menyarankan setiap pasutri menjaga kesehatan sistem reproduksi demi mengurangi tingkat penularan HIV/AIDS.

"Perempuan akan memproduksi sumber daya manusia (melahirkan). Jika dia positif, pada akhirnya akan menghasilkan anak yang tidak berkualitas baik bagi keluarga dan bangsanya," tambah drg. Ida.
Sumber : http://id.she.yahoo.com/perempuan-dan-anak-paling-rentan-tertular-hiv-153000038.html